Rabu, 15 November 2017

Donald Trump Dukung Korea Selatan Kembangkan Rudal Besar


Donald Trump Dukung Korea Selatan Kembangkan Rudal Besar (2--4)
Revisi jangkauan dan muatan rudal ini disetujui Amerika Serikat, setelah Korea Utara beberapa kali melakukan peluncuran rudal. Korea Selatan sukses meluncurkan Hyunmoo 2C, pada 6 April 2017. Dengan jangkauan 800 km, Hyunmoo 2C dapat menghancurkan target di seluruh Korea Utara. Defense Ministry/Yonhap/via REUTERS



CB, Jakarta - Kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi kabar gembira bagi pengembangan rudal besar Korea Selatan. Trump tiba ke Korea Selatan dari kunjungan tiga hari di Jepang untuk membahas ancaman Korea Utara.
Kepada Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, dalam jumpa pers bersama Selasa, 7 Nopember 2017, Trump mengatakan,"Amerika Serikat siap mempertahankan dirinya dan sekutunya menggunakan berbagai macam kemampuan militer yang diperlukan."

 
Menanggapi ini, Moon mengatakan pembicaraan keduanya mengenai ancaman serangan nuklir Korea Utara berlangsung seru. Dia mengaku setuju dengan penambahan pasukan militer AS di negara itu. "Kedua negara harus mempertahankan sikap yang kuat terhadap ancaman Korea Utara."



AS memiliki hubungan militer yang dekat dengan Korea Selatan. Ini terlihat dengan adanya pangkalan militer Camp Humphreys, yang menaungi sebagian dari sekitar 30 ribu pasukan AS di negeri ginseng itu.
Sejauh ini AS telah memasang beberapa sistem antirudal THAAD di perbatasan Korea Selatan dan Utara. THAAD merupakan singkatan dari Terminal High-Altitude Area Defence, yang diklaim sebagai sistem pencegat serangan rudal terbaik dunia.
Mirip seperti rudal Standard Missile 3 (SM-3) Block 2A, yang diperuntukkan bagi kapal perang Jepang dan AS, rudal THAAD ini menyasar rudal balistik musuh dengan menggunakan sistem pelacak inframerah. Begitu terkunci, maka rudal THAAD akan menabrak rudal musuh menggunakan kekuatan kinetis atau gerakan melesatnya hingga hancur.
Pertimbangan sistem ini dibuat adalah untuk meminimalkan ledakan akibat meledaknya hulu ledak dari rudal musuh saat ditabrak THAAD. Ini diharapkan bisa mencegah meledaknya hulu ledak nuklir jika rudal THAAD berhasil mengenai sasarannya, seperti rudal Hwasong-14 milik Korea Utara yang bisa dipasangi hulu ledak nuklir.
Ilustrasi Rudal balistik Hwasong 14. KCNA
Rudal ini memiliki berat sekitar satu ton dengan panjang sekitar enam meter. Rudal ini mampu melesat sejauh sekitar 200 kilometer dengan kecepatan 8,24 mach atau delapan kali kecepatan suara.
Satu paket baterai THAAD memiliki enam peluncur rudal dan dipasangkan pada sebuah truk besar untuk memudahkan mobilisasi. Ada stok 48 rudal, radar AN/TPY-2 dan fasilitas komunikasi untuk setiap sistem THAAD.
Sistem ini dikembangkan Lockheed Martin, perusahaan militer swasta AS yang juga membuat pesawat tempur F-35 siluman.
Ide pembuatannya berdasarkan peristiwa perang Teluk pada 1991 ketika pasukan Irak membombardir pasukan sekutu pimpinan AS dengan rudal Scud. Saat itu AS menjatuhkan sejumlah rudal Scud Irak menggunakan rudal patriot, yang melesat dilengkapi dengan hulu ledak.
Lockheed juga mengembangkan THAAD ini menggunakan masukan dari BAE System, yang merupakan perusahaan militer asal Inggris.
Militer AS dan Korea Selatan bersepakat untuk memasang tambahan empat sistem dari sebelumnya hanya dua sistem THAAD di sebuah lapangan golf di utara Provinsi Gyeongsang. Namun penduduk lokal memprotes ini karena mereka merasa khawatir daerah tempat tinggal mereka akan menjadi sasaran serangan balik dari militer Korea Utara.
Pemerintah Cina juga menyatakan protes keras dengan bertambahnya sistem rudal THAAD yang digelar. Ini karena sistem radar canggih yang terpasang dan terintegrasi dengan sistem rudal ini mampu memonitor pergerakan militer di wilayah sangat luas hingga sampai ke dalam perbatasan wilayah Cina.
Militer Korea Selatan sebenarnya sedang mengembangkan sistem rudal darat ke udara untuk jarak panjang. Namun perkembangan ancaman Korea Utara membuat negara ini mengadopsi sistem THAAD besutan Lockheed Martin, yang telah siap digunakan.
Dalam pertemuan dengan Presiden Trump, Presiden Moon juga berhasil mendapat dukungan untuk mengembangkan hulu ledak rudal melebihi 800 kilogram, yang sebelumnya menjadi batasan. Dengan dibukanya batasan ini, Korea Selatan berencana membuat rudal dengan berat hingga dua ton, yang dirancang untuk menyerang pusat-pusat militer dan pemerintahan Korea Utara jika perang terbuka terjadi.
Militer Korea Selatan memang sedang menggarap rudal Hyunmoo IV, yang dijuluki rudal Frankenmissile. Ini merupakan rudal darat ke darat, yang dirancang untuk menghancurkan posisi arteleri pasukan Korea Utara massal. Ini karena rudal ini cukup canggih sehingga memiliki akurasi serangan yang tinggi termasuk dalam menyasar basis-basis rudal balistik Korea Utara.




Credit  TEMPO.CO