Rabu, 15 November 2017

Tiga Kekuatan Laut Sekutu Mengepung Korea Utara


Tiga Kekuatan Laut Sekutu Mengepung Korea Utara (4--4)
Korea Selatan kemudian mengembangkan dan membangun KDX-II, yang memiliki panjang 150 m, dan lebar 17,4 m. KDX-II dapat melaju hingga kecepatan 29 knots (54 km/jam). Desain lambung kapal perusak KDX-II merupakan pengembangan sea-keeping hull, lisensi dari IABG, Jerman. Desain lambung menggabungkan teknologi siluman untuk mengurangi penampang inframerah dan radar. Kapal ini memiliki daya tahan tinggi dan dapat melindungi kru dari serangan biokimia. naval.com.br




CB, Jakarta - Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang memulai latihan gabungan perang laut bersejarah untuk mengantisipasi ancaman rudal balistik dan bom nuklir Korea Utara. Ini pertama kalinya ketiga negara melakukan latihan perang dengan melibatkan tiga kapal induk AS sekaligus.
Ketiga kapal induk itu adalah USS Ronald Reagan, USS Nimitz dan USS Theodore Roosevelt. Ketiga kapal induk ini mampu membawa sekitar 200 pesawat termasuk pesawat tempur F-18, F-22 dan F-35, yang merupakan pesawat jet tempur terbaru dan menjadi andalan dengan kemampuan untuk lepas landas dan mendarat secara vertikal atau di landasan sempit.

 
Sedangkan kapal perang Ise dari Jepang merupakan kapal perang yang pernah terlibat dalam penyerangan pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii. Nama Pearl Harbour kembali muncul baru-baru ini setelah Trump menyambangi kawasan ini untuk melakukan tabur bunga sebelum mendarat di Tokyo, Jepang, pada 5 Nopember 2017 lalu.

"Jepang memiliki tiga kapal perang pengangkut helikopter penghancur yaitu Hyuga, Ise dan Izumo, yang berukuran paling besar," begitu dilansir situs National Interest, yang kerap menulis mengenai teknologi pertahanan dan kebijakan luar negeri global dalam sebuah artikel Oktober lalu.
Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout via REUTERS
Kapal perang Ise ini memiliki panjang sekitar 200 meter dan kecepatan 43 kilometer per jam dan mampu menjangkau wilayah sejauh sekitar 18 ribu kilometer. Kapal perang ini dilengkapi berbagai jenis senjata seperti guns dan misil dan torpedo untuk melakukan perang secara penuh.
Kapal perang Ise 'dikawal' dua kapal penghancur atau destroyer warship yaitu kapal penghancur Inazuma serta Makinami. Makinami berarti ombak yang bergulung. Kapal ini memiliki panjang sekitar 120 meter dengan kecepatan sekitar 65 kilometer per jam.
Kapal penghancur Makinami memiliki senjata andalan senapan ganda sebanyak tiga set, dan satu set superfiring. Ini dirancang untuk menghalau dan menghancurkan serangan udara musuh.
Terkait latihan ini, Kementerian Pertahanan Korea Selatan tidak merilis nama-nama kapal perang dan kapal penghancur yang berpartisipasi.
Namun, Korea Selatan diketahui memiliki tiga kapal penghancur KDX-III Aegis dengan kapabilitas 7600 ton. "Kami memiliki kesiapan tempur untuk merespon serangan balik jika musuh berani memprovokasi," kata Laksamana Um Hyun-seong seperti dikutip Newsweek pada pertengahan Oktober lalu.
Kehebatan kapal penghancur ini adalah sistem navigasi dan pertahanan, yang terintegrasi dengan satelit. Ini membut kapal ini memiiki kemampuan untuk meluncurkan rudal terpandu dengan akurasi serangan yang tinggi. Kapal ini buatan Hyundai Heavy Industrie, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering.
"KDX-III merupakan kapal penghancur terbesar yang terintegrasi dengan sistem persenjataan Aegis," seperti tertulis di situs Naval Technology. Kapal ini memiliki 300 kru, dengan panjang 165 meter dan lebar 21 meter.
Dengan sistem persenjataan ini, KDX-III mampu meladeni perang sesama kapal laut, serangan antikapal selam dan serangan udara jet tempur musuh.
Korea Selatan juga bakal menambah kekuatan tempur angkatan laut dengan membuat kapal penghancur KDDX Aegis berbobot 6000 ton dan kapal penghancur KDX-III berbobot 7600 ton, yang bakal kelar pada pertengahan 2020.
Sedangkan kerja sama Korea Selatan dan AS juga mencakup penempatan sekitar 30 ribu pasukan di Semenanjung Korea. Korea Selatan bakal membentuk tim baru untuk membahas pembagian biaya untuk kegiatan ini, yang diperkirakan bakal naik 50 persen.
Pada tahun lalu, Seoul menanggung biaya sekitar Rp12 triliun per tahun untuk membiayai urusan seperti kontraktor, konstruksi, pengadaan barang militer, dan perawatan serta penyimpanan amunisi. Presiden Jaringan Pertahanan Korea (Korea Defense Network), Shin In-kyun, mengatakan ada indikasi AS meminta pemerintah Korea Selatan menambah biaya yang ditanggung. "Bisa naik hingga 50 persen atau lebih," kata dia terkait biaya untuk persiapan menghadapi ancaman Korea Utara.




Credit  TEMPO.CO