Rabu, 15 November 2017

Hadapi Korea Utara, Jepang Beli F-35 dan Standar Missile


Hadapi Korea Utara, Jepang Beli F-35 dan Standar Missile (1-4)
Media terkenal CNN, edisi 17 September 2016, menulis bahwa Angkatan Udara Amerika Serika menarik atau mengrounded 10 pesawat tempur siluman F-35 Joint Strike, sebulan setelah dinyatakan "siap tempur". Matt Cardy/Getty Images



CB, Tokyo - Nama pesawat tempur jet F-35 buatan Lockheed Martin muncul dalam jumpa pers bersama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Jepang, Shinzo Abe, yang membahas ancaman Korea Utara di Tokyo pada Senin, 6 Nopember 2017. Mesin perang canggih lainnya yang juga disebut adalah rudal Standard Missile 3 milik AS.
Saat itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sedang memberikan keyakinan keamanan kepada PMJepang, Shinzo Abe, pada hari kedua kunjungannya di Tokyo, pada Senin, 6 Nopember 2017. Menurutnya, AS akan membantu meningkatkan kemampuan militer negeri Sakura itu.

 
"Dia akan menembak jatuh semua rudal (Korea Utara) dari langit ketika dia menyelesaikan pembelian banyak peralatan militer dari AS," kata Trump dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Abe menanggapi dengan mengatakan,"Jika diperlukan kami akan melakukannya. Tapi dengan begitu, AS dan Jepang akan mengkoordinasikan tindakannya secara ketat."

Jepang merupakan sekutu terdekat AS di Asia. Ini menjelaskan mengapa Trump memilih Jepang sebagai negara pertama dalam kunjungan 12 hari ke lima negara Asia, yang dimulai sejak Ahad, 5 Nopember 2017 di Tokyo, Jepang.
Uniknya, Trump menyempatkan diri mengunjungi Pearl Harbour di Hawaii, yang pernah menjadi target serangan militer Jepang pada Perang Dunia II. Rombongan di pesawat Air Force One Trump lalu mendarat di pangkalan udara milik angkatan udara AS di Yoko Air Base, di pinggiran Tokyo, pada Ahad pagi, 5 Nopember 2017.
Kedua pemimpin tidak menyebutkan berapa besar anggaran yang diperlukan untuk keperluan kerja sama pertahanan ini. Namun, Abe memberikan indikasi senjata apa saja yang diperlukan untuk menangkal serangan rudal balistik Korea Utara.

Presiden AS, Donald Trump dan PM Jepang, Shinzo Abe menunjukkan topi bertuliskan "Donald and Shinzo, Make Alliance Even Greater" yang telah mereka tandatangani di Kasumigaseki Country Club, Kawagoe, Jepang, 5 November 2017. AP Photo/Andrew Harnik
Menurut Abe, Jepang akan membeli pesawat tempur F-35, dan rudal Standard Missile 3 (SM-3) Block 2A yang bakal dipasang di kapal perang dengan sistem pertahanan Aegis besutan AS. Rudal ini bisa mencegat serangan rudal musuh diketinggian hingga 500 km atau di ruang nyaris hampa udara.
"Kualitas dan kuantitas sistem pertahanan harus ditingkatkan dan kami akan beli lebih banyak dari AS," kata Abe dalam kesempatan itu.
Pesawat jet tempur F-35 merupakan jet tempur generasi ke lima buatan perusahaan militer AS, Lockheed Martin, yang proses pembuatan dari desain hingga produk memakan waktu relatif lama yaitu 17 tahun.
Pesawat ini memiliki kemampuan terbang dan mendarat secara vertikal. Jet ini juga antiradar alias memiliki fitur siluman atau stealth sehingga bisa menyelusup memasuki wilayah musuh tanpa terdeteksi lalu melakukan penyerangan. "Pesawat ini didesain untuk meladeni semua jenis pertempuran termasuk serangan elektronik," begitu tulis situ F35.com.
Jet ini mampu meladeni pertempuran udara ke udara, udara ke darat, mengumpulkan informasi, hingga pemantauan rahasia. Fitur Advanced Electronic Warfare memungkinkan pesawat ini untuk melacak posisi musuh berdasarkan posisi radar dan peralatan elektronik lalu membuatnya macet sehingga tidak bisa digunakan musuh.
Sebagai jaminan, Pentagon sendiri telah memesan pesawat ini sebanyak 66 buah untuk bisa dioperasikan pada 2017. Pada tahun sebelumnya, Pentagon telah menerima sebanyak 46 pesawat. Satu unit pesawat harganya mencapai sekitar $95 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Harga ini bakal turun di masa depan menjadi sekitar US$80 atau sekitar Rp1 triliun.
Sedangkan rudal Standard Missile 3 (SM-3) Block 2A merupakan senjata andalan kapal perang dengan sistem pertahanan Aegis. Rudal ini memiliki kemampuan yang disebut oleh Trump yaitu untuk menjatuhkan rudal musuh. Ini merupakan rudal besutan perusahaan militer AS, Raytheon, dan Mitsubishi Heavy Industries dari Jepang.
Rudal ini menjadi andalan angkatan laut AS untuk mencegat serangan rudal balistik jarak pendek dan menengah. Cara kerjanya, menurut situs Raytheon, rudal ini akan menabrak rudal target dengan kekuatan daya dorongnya dan bukannya mengguakann hulu ledak. "Ini seperti menembak peluru dengan peluru," begitu tertulis di situs Raytheon.
Kekuatan daya dorongnya, seperti tertulis di situs Rahtheon, adalah setara kekuatan truk berbobot 10 ton yang melesat hingga 600 mil per jam atau sekitar 900 km per jam.
Dengan tambahan persenjataan modern ini, maka keheranan Trump bisa segera hilang mengenai sikap Jepang selama ini yang cenderung membiarkan rudal balistik Korea Utara beberapa kali terbang melintasi Pulau Hokkaido. "Jepang kan bangsa jawara Samurai, mengapa membiarkan rudal itu (Hwasong 14) terbang melintasi wilayahnya dan tidak menembak jatuh?" begitu Trump pernah bertanya dalam percakapan dengan petinggi Jepang. 





Credit  TEMPO.CO