"Kami lebih fokus melakukan alih kelola Blok Mahakam awal 2018 ketimbang share down," tandas Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina.
Usut punya usut, alotnya perundingan lantaran Total dan Inpex tak bersepakat atas nilai pembagian saham 30% ke pengelola salah satu ladang gas terbesar di Indonesia ini.
Ada dua skema penetapan 30% share down Blok Mahakam. Pertama, berdasarkan aset Mahakam per 31 Desember 2015 yang sebesar US$ 4,79 miliar. Jika ini yang menjadi dasar, maka Total dan Inpex harus membayar US$ 1,437 miliar.
Kedua, dengan hitungan aset Blok Mahakam per 31 Desember 2017 yang diproyeksi susut menjadi US$ 3,45 miliar, maka Total dan Inpex harus mengeluarkan dana US$ 1,035 miliar.
Sayangnya, Usman Slamet, Senior Manager Communication & Relations Inpex serta Vice President Human Resources Total E&P Indonesie Arividya Novianto enggan menjawab pertanyaan KONTAN soal ini.
Kompak mereka hanya berharap proses negosiasi share down dengan Pertamina segera kelar.
Pengamat Migas John Karamoy mencium gelagat bahwa, Total EP dan Inpex keberatan share down ini. "Mana mau, mereka yang menemukan, harus bayar juga," kata dia.
Elan Biantoro, juru bicara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan, share down ke Total dan Inpex tak bisa gratis. "Harga dihitung lewat hitungan bisnis," tandas Elan.
Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja berharap, Pertamina segera memastikan nasib operator lama. "Ini penting agar produksi gas tak terganggu," ujar Wiratmaja.
Jika Pertamina bisa mengelola sendiri, kata Wiratmaja, pemerintah juga tak keberatan, sepanjang Pertamina mampu menjamin produksi gas di Blok Mahakam. "Pembagian share down-nya bisa kapan saja," ujar dia.
Risikonya, jika Total dan Inpex masuk saat Pertamina berhasil memproduksi Blok Mahakam sesuai target, harga pembagian saham farm in bisa lebih mahal.
Credit kontan.co.id
Pertamina tunggu Total & Inpex tawar 30% Mahakam
"Karena kami juga kan menunggu dari Total dan Inpex seperti apa, mereka mungkin juga saat ini sedang mempelajari terms and condition yang ada di kontrak baru nanti setelah 2018,"kata Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam di Kantor Pertamina EP pada Selasa (9/2).
Menurut Syamsu, Total dan Inpex saat ini pasti sedang menghitung keekonomian terms and condition yang ada dengan keseluruhan aset Total dan Inpex di Blok Mahakam. Sementara itu, Pertamina pun akan melakukan valuasi aset Blok Mahakam biarpun saat ini sudah ada perhitungan valuasi aset Blok Mahakam oleh SKK Migas.
"Kalau kami sudah mempunyai data lengkap kami akan valuasi berapa sih sebenernya aset di Mahakam, kemudian dari nilai aset itu bicara share down. Kami belum (lakukan), kan kemarin sudah ada angka dari SKK Migas tapi yang dihitung apa saja kami juga belum tahu,"jelas Syamsu.
Nantinya Pertamina akan melakukan valuasi Blok Mahakam secara internal dan bekerjasama dengan independen agar hasil valuasi lebih fair. Jika angka valuasi dari Pertamina sudah ada maka Pertamina baru akan melakukan pembicaraan dengan calon patner yag akan ikut mengelola Blok Mahakam pasca 2017.
Saat ini Pertamina pun sudah memiliki tim khusus untuk fokus membuat proses alih kelola Blok Mahakam bisa berjalan dengan sebaik-baiknya. Tim ahli ini juga yang bekerja untuk menyiapkan work program and budget (WP&B) yang akan dimulai dari pertengahan tahun 2016, sehingga pada tahun depan Pertamina sudah memiliki WP&B tahun 2018.
"Jadi pertengahan 2017 kami sudah mulai bicara dengan SKK Migas untuk 2018," kata Syamsu.
Credit kontan.co.id