Selasa, 16 Februari 2016

Laporan Serangan Seksual Massal Hoax, Mayoritas Tersangka Bukan Pengungsi

Warga Jerman saat protes pelecehan seksual massal pada malam tahun baru. (Foto: Getty Images)
Warga Jerman saat protes pelecehan seksual massal pada malam tahun baru. (Foto: Getty Images)

KOLN – Kepolisian Jerman telah mengumumkan identitas negara asal ke-58 orang yang ditahan karena terlibat dalam aksi pelecehan seksual di Koln, menjelang malam pergantian tahun baru 2016.
Sebelumnya, semua kesalahan dilimpahkan kepada para pengungsi yang mencari suaka di Jerman. Kanselir Jerman, Angela Merkel pun turut ditekan akibat kebijakannya yang membuka pintu seluas-luasnya bagi para pengungsi.
Kini ia bisa bernapas lega karena 1.000 lebih perempuan yang mengklaim menderita kekerasan seksual di Jerman pada 31 Desember malam, tidaklah sepenuhnya benar.
Faktanya, hanya tiga orang dari 58 tersangka yang berstatus sebagai pengungsi. Dua dari Suriah dan satu dari Irak.
“Mayoritas tersangka adalah pendatang dari Afrika Utara, antara lain Aljazair, Tunisia dan Maroko. Sementara tiga orang tersangka murni berkebangsaan Jerman,” ungkap Jaksa Penuntut Umum Koln, Ulrich Bremer, seperti disitat dari Independent, Senin (15/2/2016).
Pihak penyidik juga mengonfirmasi, sebenarnya 600 dari 1.054 laporan kriminalitas pada malam 1 Januari, adalah kasus pencurian. Hanya sebagian kecilnya saja yang merupakan laporan kasus pelecehan seksual.
“Para pelaku menggunakan teknik baru yang belum pernah ditemukan di Jerman. Modusnya, mendeham untuk mengalihkan perhatian dan membuat target lengah, sehingga terpisah dari kelompoknya,” terang Kepala Polisi Koln yang baru, Jurgen Mathies.
Laporan ini diungkap polisi setelah 22 kasus pelecehan seksual terjadi saat Karnaval Koln, acara tahunan di Jerman.
Kasus paling menghebohkan dialami oleh reporter perempuan dari stasiun televisi Belgia yang diremas dadanya dan dicium dari belakang oleh seorang pria iseng, kala membawakan laporan langsung dari lokasi perayaan.





Credit  Okezone