SINGAPURA, CB - Miliuner Swiss Felix Zulauf memperingatkan bahwa perbankan besar Singapura terancam mengalami penarikan modal (capital outflow) besar-besaran jika ekonomi China tertekan.
Menurut Zulauf, hal itu akan terjadi pada tahun ini. Dia memaparkan estimasinya pada acara tahunan meja bundar Barron.
"Kita berada dalam lingkaran yang akan berakhir dengan krisis. Lingkaran yang dialami China saat ini mirip dengan masalah perumahan di Amerika Serikat pada krisis finansial 2008," kata dia.
Zulauf memperingatkan bahwa keluarnya aliran modal di China akan terus berlanjut. Hal itu mendorong regulator mendevaluasi yuan hingga 15%-20% tahun ini.
Jika ini terjadi, ekonomi Asia yang bergantung pada China, terutama Singapura, akan menderita. Pasalnya, korporasi China akan memotong jumlah impor mereka, sementara perusahaan China dengan jumlah utang besar masuk ke posisi risiko default.
"Saya mengestimasi, hal ini akan mendorong krisis perbankan di Asia, terutama di Singapura dan Hong Kong," tambah dia.
Zulauf mengatakan, Singapura sebelumnya merupakan negara yang memiliki gambaran kuat akan nilai tukarnya, sehingga mendorong banyak investor untuk masuk.
Tapi, Singapura merupakan negara yang paling terpapar dampak melambatnya ekonomi China.
Pinjaman perbankan Singapura meningkat drastis dalam lima hingga enam tahun terakhir, dan saat ini perbankan Singapura mulai kehilangan modal, yang artinya industri perbankan negara tersebut kehilangan deposit, tambah Zulauf.
"Akan terjadi potensi krisis perbankan di Singapura. Saya tidak merekomendasikan menjual saham perbankan Singapura. Dalam hal ini, seorang investor akan mendapat keuntungan dari penurunan harga saham lokal dan penurunan dollar Singapura terhadap dollar AS," papar dia.
Zulauf merupakan pemilik dan presiden Zulauf Asset Management, perusahaan manajemen pengelolaan dana yang berbasis di Swiss. Perusahaan ini mengelola dana 1,68 miliar dollar AS.
Menurut Zulauf, hal itu akan terjadi pada tahun ini. Dia memaparkan estimasinya pada acara tahunan meja bundar Barron.
"Kita berada dalam lingkaran yang akan berakhir dengan krisis. Lingkaran yang dialami China saat ini mirip dengan masalah perumahan di Amerika Serikat pada krisis finansial 2008," kata dia.
Zulauf memperingatkan bahwa keluarnya aliran modal di China akan terus berlanjut. Hal itu mendorong regulator mendevaluasi yuan hingga 15%-20% tahun ini.
Jika ini terjadi, ekonomi Asia yang bergantung pada China, terutama Singapura, akan menderita. Pasalnya, korporasi China akan memotong jumlah impor mereka, sementara perusahaan China dengan jumlah utang besar masuk ke posisi risiko default.
"Saya mengestimasi, hal ini akan mendorong krisis perbankan di Asia, terutama di Singapura dan Hong Kong," tambah dia.
Zulauf mengatakan, Singapura sebelumnya merupakan negara yang memiliki gambaran kuat akan nilai tukarnya, sehingga mendorong banyak investor untuk masuk.
Tapi, Singapura merupakan negara yang paling terpapar dampak melambatnya ekonomi China.
Pinjaman perbankan Singapura meningkat drastis dalam lima hingga enam tahun terakhir, dan saat ini perbankan Singapura mulai kehilangan modal, yang artinya industri perbankan negara tersebut kehilangan deposit, tambah Zulauf.
"Akan terjadi potensi krisis perbankan di Singapura. Saya tidak merekomendasikan menjual saham perbankan Singapura. Dalam hal ini, seorang investor akan mendapat keuntungan dari penurunan harga saham lokal dan penurunan dollar Singapura terhadap dollar AS," papar dia.
Zulauf merupakan pemilik dan presiden Zulauf Asset Management, perusahaan manajemen pengelolaan dana yang berbasis di Swiss. Perusahaan ini mengelola dana 1,68 miliar dollar AS.
Credit KOMPAS.com