SEOUL - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) diminta melawan rudal dan senjata nuklir Korea Utara (Korut) juga dengan senjata nuklir. Permintaan itu disampaikan pemimpin Partai Saenuri, partai berkuasa di Korsel; Won Yoo-cheol, Senin (15/2/2016).
Senjata nuklir taktis Amerika Serikat (AS) di Korsel telah ditarik pada akhir 1991 di bawah perjanjian denuklirisasi. Namun, Korsel tetap di bawah perlindungan senjata nuklir AS.
Politikus top Korsel itu mengatakan sudah waktunya Seoul memiliki sendiri senjata nuklir.
”Kami tidak bisa meminjam payung dari tetangga setiap kali hujan. Kami perlu memiliki jas hujan dan memakainya untuk diri kita sendiri,” ujar Won mengacu pada kebutuhan senjata nuklir dalam pidatonya di Majelis Nasional, seperti dikutip oleh kantor berita Yonhap.
Korsel dan Korut adalah dua dari 190 penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Namun, Korut menyatakan keluar dari pakta itu pada tahun 2003.
AS sendiri meyakinkan sekutunya, Korsel soal jaminan keamanan, termasuk dengan pengiriman pesawat pengebom B-52 oleh Angkatan Udara AS. Pesawat pengebom itu mampu menjatuhan bom nuklir. Pesawat tesebut dikirim ke Korsel setelah Korut mengklaim berhasil menguji coba bom hidrogen, jenis senjata nuklir paling berbahaya pada 6 Januari 2016.
Selain itu, AS juga telah mengirim sistem rudal pertahana Patriot ke Korsel untuk mengatasi ancaman dari Korut. Bahkan, AS juga berniat mengirim sistem rudal pertahanan THAAD ke Semenanjung Korea, tapi diprotes oleh China.
Credit Sindonews
Oposisi Korsel: Kita Harus Punya Senjata Nuklir
SEOUL - Pihak oposisi Korea Selatan (Korsel) menuturkan, pemerintah Korsel harus mulai mempertimbangkan untuk memiliki dan mengembangkan senjata nuklir. Ini dilakukan untuk mengimbangi tetangga mereka, Korea Utara (Korut), yang sudah terlebih dahulu melakukannya.
"Korsel harus mengadopsi senjata nuklir "damai" dan rudal untuk melawan ancaman menakutkan dan merusak yang ditampilan Korut," kata ketua fraksi oposisi yang berkuaasa di Parlemen Korsel, Saenuri, Won Yoo-chu dalam sebuah pernyataan.
Dirinya juga menuturkan, pengembangan senjata ini dilakukan agar Korsel tidak telalu bergantung kepada Amerika Serikat (AS). Menurutnya, selama ini Korsel selalu "mengadu" dan meminta bantuan pada AS setiap Korut melakukan uji coba rudal, atau mengumumkan telah memiliki senjata nuklir baru.
"Kita tidak bisa terus menerus meminjam payung dari rekan kita setiap kali hujan. Kita harus mengenakan jas hujan milik kita sendiri," sambung Won, seperti dilansir Reuters pada Senin (15/2).
Pernyataan Won sendiri langsung mendapat respon dari pemerintah Korsel. Dimana, Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki niat atau pertimbangan untuk mengembangkan atau memiliki senjata nuklir.
Credit Sindonews