Jumat, 12 Februari 2016

Korban Tewas di Suriah Diprediksi Hingga 470 Ribu Orang


Korban Tewas di Suriah Diprediksi Hingga 470 Ribu Orang  
Sebuah lembaga pemantau Suriah memprediksi korban tewas dalam konflik di negara itu jauh lebih banyak dari angka yang dirilis oleh PBB. (Reuters/Rami Zayat)
 
Jakarta, CB -- Sebuah lembaga pemantau Suriah memprediksi korban tewas dalam konflik di negara itu jauh lebih banyak dari angka yang dirilis oleh PBB.

Lembaga Syrian Centre for Policy Research, SCPR, seperti dikutip The Guardian, Kamis (11/2), melaporkan korban tewas dalam perang Suriah mencapai 470 ribu orang.

Artinya, menurut SCPR, sebanyak 11,5 persen dari populasi Suriah terbunuh sejak konflik pecah pada Maret 2011. Korban terluka sementara itu tercatat 1,9 juta orang.

PBB sebelumnya memprediksi korban di Suriah 250 ribu orang. Namun PBB berhenti mengumpulkan statistik korban perang Suriah sejak 18 bulan lalu karena sulitnya akses dan buruknya kredibilitas informasi di lapangan.

SCPR mengatakan harapan hidup di Suriah telah turun dari 70 di tahun 2010 menjadi 55,4 pada 2015. Kerugian ekonomi akibat perang di Suriah mencapai US$225 miliar.

Dari 470 ribu orang yang tewas di Suriah, 400 ribu di antaranya terbunuh dalam peperangan, sementara sisanya 70 ribu orang tewas karena kekurangan sarana medis, obat-obatan, penyakit berat, kelaparan, kehausan, penyakit akibat buruknya sanitasi dan tempat tinggal.

"Kami menggunakan metode riset yang teliti dan kami yakin pada angka ini. Kematian tidak langsung akan lebih banyak di masa depan, walau kebanyakan NGO dan PBB mengabaikannya," kata Rabie Nasser, peneliti SCPR kepada The Guardian.


Sebanyak 45 persen populasi kehilangan tempat tinggal, 6,36 juta masih ada di dalam negeri dan lebih dari 4 juta mengungsi ke luar negeri. Kesehatan, pendidikan dan standar pendapatan menurun tajam. Kemiskinan meningkat 85 persen di tahun 2015 saja.

SCPR berbasis di Damaskus dan melakukan riset di seluruh Suriah. Mereka mencoba untuk tetap netral dan menahan diri untuk mengkritik pemerintahan Bashar al-Assad dan para sekutunya, seperti Iran, Hizbullah dan Rusia. Kecuali ISIS, SCPR menyebut kelompok oposisi sebagai "kelompok bersenjata" yang mencoba menggulingkan Assad.

Akibat konflik, harga melonjak 53 persen tahun lalu, namun jumlahnya tidak sama di setiap daerah. Di zona konflik dan wilayah yang dikuasai kelompok bersenjata, harga bisa lebih tinggi lagi. Di tempat ini, para pedagang nakal memonopoli pasar dan mengeruk untung besar.

Kondisi lapangan pekerjaan sangat buruk dan upah terus turun. Wanita takut untuk keluar bekerja. Sebanyak 13,8 juta warga Suriah kehilangan sumber pendapatan.

"Karakter yang umum di seluruh wilayah adalah kurangnya keamanan, mengalokasikan seluruh sumber untuk pertempuran, penciptaan pekerjaan yang berkaitan dengan kekerasan, dan penerapan otoritas dengan paksaan," kata Nasser.


Credit  CNN Indonesia