Kamis, 11 Februari 2016
Bos Intelijen AS: Mampu Bikin 100 Bom Nuklir, Korut Momok Dunia
WASHINGTON - Bos atau Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS), James Clapper, memasukkan Korea Utara (Korut) sebagai satu dari tiga momok bagi dunia pada saat ini. Clapper mengklaim Korut mampu memproduksi hingga 100 bom nuklir.
Meski demikian, menurut Clapper, ancaman nomor satu yang paling menakutkan bagi dunia adalah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Nomor dua, spinoase cyber yang bisa dilakukan Rusia dan China dan ketiga nuklir Korut.
Hal itu dipaparkan James Clapper di gedung Capitol Hill, kemarin. Clapper, dalam paparan laporan bertajuk “Worldwide Threat Assessment of the US Intelligence Community”, mengatakan bahwa tahun 2016 menjadi salah satu tahun yang paling berbahaya dalam sejarah manusia.
”Ya, tentu itu array paling beragam dalam tantangan dan ancaman yang saya ingat,” kata Clapper, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (11/2/2016).
Bersamaan dengan paparan bos intelijen AS, muncul laporan bahwa Korut mulai membangun kembali reaktor plutonium di Yongbyon di perbatasan China. Padahal, fasilitas reaktor nuklir itu telah ditutup pada tahun 2007.
Para ahli senjata nuklir yang berbasis di AS percaya bahwa Pyongyang memiliki kemampuan untuk mengubah 10 bom nuklir yang dimilikinya menjadi 20 hingga 100 pada tahun tahun 2020.
Para pejabat AS sendiri mengakui bahwa rezim Kim Jong-un itu telah membuat kemajuan pesat terkait program senjata nuklirnya.
Clapper mengatakan kepada Komite Intelijen dan Angkatan Bersenjata Senat AS bahwa reaktor nuklir milik Korut sejatinya telah beroperasi lama untuk memulihkan plutonium dalam hitungan minggu hingga bulan.
Kesaksian Kepala Intelijen AS ini senada dengan laporan kantor berita KCNA yang dikelola Pemerintah Korut yang melaporkan bahwa fasilitas nuklir Yongbyon sepenuhnya sudah beroperasi.
Korut sendiri pernah “menggebrak dunia” dengan klaim berhasil menguji coba senjata nuklir jenis bom hidrogen meski dalam bentuk miniatur, pada 6 Januari 2016. Tapi, banyak ahli dan Clapper masih skeptis dengan klaim Korut itu.”Rendahnya hasil tes tidak konsisten dengan tes yang sukses dari perangkat termonuklir,” kata Clapper.
Credit Sindonews