Selasa, 09 Februari 2016

Atasi Pengungsi Suriah, Turki-Jerman Sepakat Kerja Sama

Atasi Pengungsi Suriah, Turki-Jerman Sepakat Kerja Sama

Seorang wanita pengungsi Suriah, Rania memasak sebuha makanan untuk makan keluarganya yang telah lama tidak menerima bantuan makanan di dalam sebuah tenda pengungsi di Kamp Pengungsi di Irak Utara, 24 Januari 2016. AP Photo
 
CB, Ankara - Turki dan Jerman sepakat melakukan kerja sama mengambil langkah penting untuk mengatasi krisis pengungsi Suriah, termasuk melalui jalan diplomatik guna menghentikan serangan di Aleppo, kota terbesar di Suriah setelah Damaskus.

Kesepakatan tersebut diumumkan oleh kedua pejabat negara di Ankara, Senin, 8 Februari 2016. Mereka sekaligus juga sepakat menekan peningkatan imigran gelap.

Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan kunjungan ke ibu kota Turki untuk membicarakan cara mengurangi arus masuk pengungsi ke Eropa. Hal tersebut disampaikan ketika Merkel berjumpa dengan rekannya, Perdana Menteri Ahmet Davutoglu, di Ankara, Senin. Dia tidak hanya terkejut tapi ngeri atas penderitaan rakyat Suriah akibat bombardir jet tempur Rusia di Aleppo.

Merkel mengatakan Turki dan Jerman akan menekan setiap negara melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa agar menghormati resolusi PBB yang diloloskan pada Desember 2015, yang berisi desakan kepada semua pihak untuk menghentikan tanpa ditunda-tunda serangan terhadap penduduk sipil.

"Kami dalam beberapa hari ini tidak hanya terkejut, melainkan ngeri atas penderitaan ribuan orang akibat serangan jet tempur Rusia," kata Merkel, Senin, 8 Februari 2016. "Dalam kondisi seperti itu, sulit membicarakan masalah perdamaian. Karena itu, situasi seperti ini harus cepat diakhiri."

Davutoglu menambahkan, Kota Aleppo secara de facto telah dikepung dan bakal ada tragedi kemanusiaan baru.

"Rusia ingin membersihkan semua wilayah dengan pengeboman dan untuk meyakinkan bahwa Damaskus atau tentara Suriah akan mengambil alih serta mendorong pasukan ke wilayah perbatasan Turki," kata Cengiz Aktar, ilmuwan politik dari Pusat Kebijakan Istanbul, kepada Al Jazeera. "Ini akan membuat hidup pengungsi kian sulit."



Credit  TEMPO.CO