Seorang kakek mengamati pergerakan turun saham di bursa China.. (China Photos/Getty Images)
China menganggap kejatuhan indeks saham bukan hanya soal krisis keuangan, tetapi lebih pada masalah politik. Itu sebabnya pemerintah China melakukan segala upaya untuk bisa menghentikan pendarahan di pasar modal.
CNN Money mewartakan, pasar saham utama China berada dalam model krisis. Sejak 12 Juni lalu, Shanghai Composite telah anjlok 32 persen. Demikian juga dengan bursa Shenzhen, terjerembab lebih parah yakni minus 41 persen dibandingkan periode yang sama.
Seorang juru bicara China Securities Regulatory Commission menyebutkan pertumpahan darah di bursa saham China terjadi karena aksi jual yang irasional. Namun, beberapa pihak menilai terjadi penggelembungan aset (bubble) di bursa China seiring dengan perlambatan ekonomi negara tersebut.
|
Untuk menstabilkan ekonominya, Pemerintah China pada Rabu (8/7) mengeluarkan 10 kebijakan sebagai berikut:
- China Securities Finance Corporation (CSF) mendorong pembelian saham dengan mengucurkan pinjaman US$ 42 miliar atau 260 miliar yuan kepada 21 perusahaan pialang untuk membeli saham-saham blue chip. Anggaran tersebut di luar komitmen sekuritas setempat yang berjanji menggelontorkan dana US$ 20 miliar untuk membeli selama saham hingga akhir pekan.
- CSF juga berjanji untuk membeli saham-saham kecil dan menengah, meskipun tidak disebutkan berapa besar anggaran yang akan dihabiskan untuk itu.
- Pemerintah China mengucurkan stimulus baru sebesar US$ 40 miliar atau setara dengan 250 miliar yuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Pemerintah China juga akan mempercepat belanja infrastruktur yang sudah direncanakan seperti membangun jalan dan utilitas.
- Otoritas China telah mengizinkan separuh dari total perusahaan yang terdaftar di bursa saham untuk menghentikan perdagangan saham mereka.
- Mulai Rabu, pemegang saham pengendali dan anggota dewan dilarang mengurangi kepemilikan saham melalui pasar sekunder selama enam bulan. Otoritas bursa China berjanji akan menindak serius jika ada yang melanggar aturan itu.
- Otoritas saham China meniadakan sementara penawaran saham perdanaa (IPO) sampai akhir pekan.
- Bank sentral China telah memotong suku bunga ke level terendah dalam upaya untuk memompa lebih banyak likuiditas ke dalam sistem.
- Investor China dimungkinkan menggunakan rumah mereka sebagai aset penjaminan.
- China sengaja mendevaluasi mata uang yuan terhadap dolar AS guna meningkatkan ekspornya.
Sejauh ini, semua upaya raksasa tersebut dinilai gagal menenangkan pasar. Menurut Bespoke Investment Group, pasar saham China kini kehilangan US$3,25 triliun. Arus modal yang keluar itu lebih besar dari nilai kapitasilasi bursa saham Perancis dan sekitar 60 persen dari kapitalisasi pasar Jepang.
Credit CNN Indonesia