Menteri Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir saat ditemui usai pelantikan pejabat
Eselon I di Gedung BPPT, Jakarta, Selasa (30/6). (CNN Indonesia/Tri
Wahyuni)
Nasir mengatakan, selama ini reaktor nuklir yang dikelola Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Indonesia terbukti tidak menimbulkan masalah apapun baik dari sisi lingkungan maupun kerugian lainnya.
"BATAN sudah punya pengalaman. Mereka punya reaktor nuklir sudah 55 tahun sejak tahun 1960. Tapi tidak pernah mengganggu lingkungan," kata Nasir saat ditemui di Gedung BPPT, Jakarta.
"Di Bandung tidak tanggung-tanggung reaktornya ada di kota. Kalau itu bahaya sudah meledak dan banyak yang mati," ujarnya.
Untuk itu ia mengimbau semua pihak agar tak perlu khawatir dengan adanya rencana pembangunan reaktor nuklir di Indonesia. Sebab, menurutnya, jika pembangunan tersebut tak kunjung dimulai, Indonesia akan terus tertinggal.
"Amerika maju karena listriknya memakai nuklir. Jepang, Prancis, Korea, juga memakai nuklir untuk listriknya," tutur Nasir.
Dijadikan Sarana Edukasi
Menteri Nasir mengatakan, paling tidak dibutuhkan waktu tujuh tahun untuk memfungsikan reaktor nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. Namun, pembangunan reaktor nuklir mini di Serpong ini diperkirakan akan selesai sebelum masa jabatan Presiden Joko Widodo selesai, yaitu pada 2018 atau 2019.
"Paling tidak sudah ada reaktor mini untuk edukasi dan pengembangan riset. Kawasan Serpong nanti menggunakan energi nuklir untuk penerangannya," ucapnya.
Selain Serpong, sebenarnya pemerintah juga sudah menyiapkan sejumlah daerah yang berpotensi untuk menjadi area pembangunan PLTN seperti Bangka Belitung. PLTN tersebut berkapasitas 5 x 1.000 Megawatt (MW). Sementara reaktor nuklir di Serpong nanti berkapasitas 30 MW.
Credit CNN Indonesia