Kamis, 23 April 2015

Satu Pusat Islam Australia Tutup Karena Merasa Terganggu


Satu Pusat Islam Australia Tutup Karena Merasa Terganggu  
Australia semakin khawatir dengan kemungkinan serangan yang dilakukan oleh warganya yang bersimpati dengan ISIS. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Laudy Gravicia)
 
 
Melbourne, CB -- Satu pusat komunitas Islam Australia yang memiliki hubungan dengan lima orang yang ditangkap setelah diduga merencanakan aksi pengeboman ditutup akibat merasa terus diganggu oleh media, polisi dan pemerintah.

“Kami memandang akibat gangguan, tekanan dan tuduhan palsu kepada pusat komunitas Islam, penutupan adalah jalan terbaik untuk melindungi komunitas setempat, anggota kami dan komunitas Muslim lain yang seringkali dikaitkan dengan kampanye yang berbahaya ini,” bunyi pernyataan tertulis Pusat Islam Al-Furqan yang diunggah di situsnya pada Kamis (23/4).

Polisi Australia menangkap lima orang yang memiliki hubungan dengan Al-Furqan dengan tuduhan merencanakan serangan dalam peringatan 100 tahun Perang Dunia I.

Lebih dari 200 polisi melancarkan serangkaian penggerebkan di wilayah selatan kota Melbourne pada Sabtu (18/4) setelah selama satu bulan melakukan operasi terselubung yang bertujuan mengungkap dugaan serangan itu.

Perdana Menteri Negara Bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan bahwa ke-lima orang itu adalah “mitra” Abdul Numan Haider, simpatisan ISIS yang tahun lalu tewas ditembak setelah polisi. Haider diketahui sering mendatangi Al-Furqan yang terletak di Melbourne ini.

Perayaan 100 tahun pendaratan di Gallipoli tahun ini diwarnai dengan kekhawatiran bahwa kelompok radikal akan memanfaatkannya untuk melakukan serangan besar-besaran.

Media Australia melaporkan bahwa perekrut ISIS paling senior i Australia, Neil Prakash, juga anggota Al-Furqan.

Dalam rekaman video yang baru-baru ini diunggah di dunia maya, Prakash mendorong pengikut ISIS untuk melakukan serangan di Australia.

Kekhawatiran akan serangan di dalam wilayah Australia meningkat setelah negara ini mengirim ratusan tentara ke Iran untuk membantu pelatihan para pejuang dalam melawan ISIS.

Sejak tahun lalu sekutu dekat Amerika Serikat ini menerapkan keadaan waspada penuh sejak untuk mencegah serangan-serangan yang dilakukan oleh kelompok radikal dalam negeri.

Pemerintah Federal Australia untuk pertama kali meningkatkan keadaan waspada ke tahap “tinggi” pada Septemper, ketika ratusan polisi melakukan penangkapan setelah menerima informasi bahwa para pendukung ISIS berencana melaksanakan pemenggalan massal.

Australia mengatakan setidaknya 70 warganya ikut bergabung dalam kelompok ISIS di Suriah dan Irak dan didukung oleh sekitar 100 “fasilitator” dalam negeri.


Credit  CNN Indonesia