Selasa, 21 April 2015

Dahsyatnya Pidato Bung Karno di KAA 1955

Dahsyatnya Pidato Bung Karno di KAA 1955
Presiden Sukarno menyampaikan pidatonya di KAA 1955, Bandung. Dok Museum KAA

CB, Jakarta - Di Gedung Merdeka, Bandung, selama 40 menit Presiden Sukarno membakar semangat para peserta dari 29 negara di Asia dan Afrika. Tak kurang dari sepuluh kali tepuk tangan panjang memotong pidato proklamator Republik Indonesia itu.

"Dunia kita yang malang ini terpecah belah, dan ternyata rakyat dari semua negeri berada dalam ketakutan, kalau-kalau di luar kesalahan mereka, serigala-serigala peperangan akan lepas lagi dari rantainya," kata Bung Karno dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika, Senin, 18 April 1955.

Bung Karno berpidato di hadapan para perwakilan dari 23 negara Asia dan enam negara Afrika, termasuk Sudan dan Gold Coast (sekarang Ghana) yang kala itu belum merdeka penuh dari negara penjajahnya. Hadir pula dalam konferensi itu, perwakilan dari Aljazair, Tunisia, dan Maroko sebagai peserta peninjau.

Kebanyakan negara peserta KAA merdeka setelah Perang Dunia II berakhir. Mereka bersatu mengempaskan penjajahan. Negara-negara yang tak mengikuti Konferensi I pada 1955 pun ikut terguyur gerakan antikolonialisme yang ditiupkan dari Bandung. Nigeria, antara lain, didukung peserta konferensi di forum internasional, sehingga mencapai kemerdekaan pada 1 Oktober 1960 dari penjajahan Prancis.

Konferensi juga membela Aljazair, Tunisia, serta Maroko, yang dalam salah satu butir keputusan pentingnya menyerukan kemerdekaan ketiganya dari penjajahan Prancis. Bung Karno secara konsisten mendesak PBB turun tangan menyelesaikan konflik Aljazair yang disebabkan oleh kolonialisme Prancis.

"Sudah jelas sekali bahwa rakyat Aljazair menghendaki kemerdekaan. Hal itu tidak dapat dibantah lagi,” tuturnya dalam Sidang Umum PBB XV pada 30 September 1960. Dia mengusulkan PBB menggelar jajak pendapat untuk mengetahui keinginan merdeka rakyat Aljazair. Tahun itu pula, Prancis dan Inggris mulai melepaskan koloni mereka.

Di Aljazair, pemimpin pergerakan menggemakan Dasasila Bandung, yang berisi hak tiap negara untuk berdaulat. ”Hari kemerdekaan Aljazair ada dua. Pada 1 November, hari nasional kami, dan KAA 1955,” kata Menteri Luar Negeri Aljazair (1991-1993) Lakhdar Brahimi kepada Tempo, April 2005.

Enam puluh tahun berlalu. Mulai 19 hingga 26 April 2015, Indonesia kembali jadi tuan rumah, kali ini untuk nostalgia, peringatan Konferensi Asia-Afrika. Dari 109 negara yang diundang, 57 memastikan datang. Ada empat acara utama dalam perhelatan itu, antara lain Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada 22-23 April 2015. Puncak peringatan akan diadakan di Bandung pada 24 April 2015.


Credit  TEMPO.CO