Israel diminta untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang telah tercapai.
CB,
GAZA -- Kelompok Hamas dan Jihad Islam mengancam akan mengakhiri
perdamaian di Jalur Gaza jika Israel tak mematuhi kesepakatan gencatan
senjata yang tercapai dengan bantuan mediasi Mesir.
Anggota Politbiro Hamas Khalil al-Hayya mengatakan, wilayah itu tidak
akan menikmati perdamaian selama Israel menduduki Palestina dan
memblokade Gaza. Hamas, kata dia, tak akan membiarkan dan menerima
pengepungan terhadap Gaza dilanjutkan.
“Hari ini kita merebut hak kita dengan tangan kita sendiri, senjata kita, dan keinginan kita,” ujar al-Hayya, dilaporkan laman
Asharq Al-Awsat pada Ahad (12/5).
Sementara
anggota Politbiro Jihad Isam Khaled al-Batsh memperingatkan agar Israel
tak memanipulasi kesepakatan gencatan senjata. Selain itu, dia
menegaskan bahwa aksi Great March of Return akan dilanjutkan hingga
tuntutan rakyat Palestina terpenuhi.
Pekan lalu, Hamas dan
Jihad Islam terlibat pertempuran dengan militer Israel. Peperangan itu
disebut merupakan yang terburuk sejak konflik Gaza pada 2014 yang
menyebabkan ribuan warga Palestina tewas.
Hamas dan Jihad
Islam meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel. Tel Aviv membalasnya
dengan melancarkan serangan udara ke Gaza. Sebanyak 25 warga Palestina
dan empat warga Israel tewas dalam pertempuran terbaru.
Kedua
belah pihak menghentikan pertempuran setelah Mesir melakukan mediasi
guna mencapai gencatan senjata. Kendati perundingan dilaporkan
berlangsung alot, namun kesepakatan dapat tercapai.
Sejak
Maret 2018, situasi di Gaza, khususnya di dekat perbatasan dengan Israel
telah memanas. Hal itu dipicu oleh digelarnya aksi Great March of
Return oleh warga Palestina di sana. Dalam aksi itu mereka menuntut
Israel mengembalikan lahan dan tanah yang didudukinya pasca Perang 1967
kepada para pengungsi Palestina. Selain itu warga Palestina juga
menyuarakan protes atas keputusan AS memindahkan kedutaan besarnya ke
Yerusalem.
Namun aksi demonstrasi yang berlangsung di
sepanjang perbatasan Gaza-Israel itu direspons secara represif oleh
Israel. Mereka menembaki para demonstran dengan peluru tajam. Lebih dari
200 warga Palestina telah tewas selama aksi Great March of Return
dilaksanakan. Sekitar 6.016 lainnya mengalami luka ringan dan berat. PBB
telah menyatakan bahwa tindakan Israel terhadap para demonstran Great
March of Return merupakan kejahatan perang.