CB, Colorado – Badan Intelijen Amerika Serikat mengatakan tujuan dari operasi pengaruh Cina di seluruh dunia adalah menggantikan AS sebagai negara adidaya terdepan atau ‘leading superpower’.
Deputi Asisten Direktur Pusat Misi Asia Timur CIA, Michael Collins,
mengatakan Presiden Cina, Xi Jinping, dan pemerintahannya melakukan
‘perang dingin’ terhadap AS.
“Menggunakan apa yang mereka katakan sendiri dan apa yang Xi katakan, saya ingin menyatakan secara definisi apa yang mereka lakukan terhadap kita adalah bentuk perang dingin,” kata Collins saat berbicara di Aspen Security Forum dalam sesi kemunculan Cina seperti dilansir Sabtu, 21 Juli 2018.
Collins melanjutkan,”Perang dingin ini tidak seperti yang terjadi pada Perang Dingin sebelumnya tapi secara definisi ini adalah perang dingin.”
Menurut Collins, Cina melakukan ini dengan cara memanfaatkan berbagai sarana kekuatannya baik secara terbuka atau tersembunyi, publik dan privat, ekonomi dan militer, untuk melemahkan posisi negara pesaing tanpa meski terjadi konflik terbuka. “Cina tidak ingin terjadi konflik,” kata Collins.
Pernyataan Collins ini senada dengan pernyataan Direktur FBI, Christopher Wray, dan Direktur Intelijen Nasional, Dan Coats, yang menunjuk Cina merupakan bahaya nyata terhadap kepentingan AS saat ini.
“Pada akhirnya, mereka ingin setiap negara di dunia mendukung kepentingan Cina,” kata Collins. Dia mengacu kepada pernyataan Xi , yang dicantumkan dalam konstitusi Cina, bahwa negara Tirai Bambu itu menjadi tantangan global terbesar yang dihadapi AS saat ini.
Menurut
Collins, Cina berkompetisi dengan jauh melebihi dengan apa yang dapat
dilakukan Rusia. “Saya pikir, dari perspektif kontra-intelijen, Cina
mewakili ancaman terbesar, paling menantang dan signifikan terhadap AS
sebagai negara.”
Saat ini, seperti dilansir Reuters, AS dan Cina terlibat perang dagang, yang terjadi sejak awal Juli 2018. Cina membalas pengenaan tarif 10 – 25 persen atas barang impor dari AS senilai sekitar US$34 miliar atau sekitar Rp487 triliun.
Menurut Collins,”Ini merupakan upaya menyeluruh Cina sebagai sebuah negara. Ini berupa spionase ekonomi dan spionase tradisional. Ini berupa agen intelijen tradisional dan nontradisional. Ini berupa sumber daya orang dan teknologi siber.”
Menurut Collins, pemerintah AS harus menetapkan Cina sebagai kompetitor atau musuh dalam konteks pencurian rahasia bisnis dan penelitian akademis. “Ini adalah garis batas,” kata dia.
“Menggunakan apa yang mereka katakan sendiri dan apa yang Xi katakan, saya ingin menyatakan secara definisi apa yang mereka lakukan terhadap kita adalah bentuk perang dingin,” kata Collins saat berbicara di Aspen Security Forum dalam sesi kemunculan Cina seperti dilansir Sabtu, 21 Juli 2018.
Collins melanjutkan,”Perang dingin ini tidak seperti yang terjadi pada Perang Dingin sebelumnya tapi secara definisi ini adalah perang dingin.”
Menurut Collins, Cina melakukan ini dengan cara memanfaatkan berbagai sarana kekuatannya baik secara terbuka atau tersembunyi, publik dan privat, ekonomi dan militer, untuk melemahkan posisi negara pesaing tanpa meski terjadi konflik terbuka. “Cina tidak ingin terjadi konflik,” kata Collins.
Pernyataan Collins ini senada dengan pernyataan Direktur FBI, Christopher Wray, dan Direktur Intelijen Nasional, Dan Coats, yang menunjuk Cina merupakan bahaya nyata terhadap kepentingan AS saat ini.
“Pada akhirnya, mereka ingin setiap negara di dunia mendukung kepentingan Cina,” kata Collins. Dia mengacu kepada pernyataan Xi , yang dicantumkan dalam konstitusi Cina, bahwa negara Tirai Bambu itu menjadi tantangan global terbesar yang dihadapi AS saat ini.
Saat ini, seperti dilansir Reuters, AS dan Cina terlibat perang dagang, yang terjadi sejak awal Juli 2018. Cina membalas pengenaan tarif 10 – 25 persen atas barang impor dari AS senilai sekitar US$34 miliar atau sekitar Rp487 triliun.
Menurut Collins,”Ini merupakan upaya menyeluruh Cina sebagai sebuah negara. Ini berupa spionase ekonomi dan spionase tradisional. Ini berupa agen intelijen tradisional dan nontradisional. Ini berupa sumber daya orang dan teknologi siber.”
Menurut Collins, pemerintah AS harus menetapkan Cina sebagai kompetitor atau musuh dalam konteks pencurian rahasia bisnis dan penelitian akademis. “Ini adalah garis batas,” kata dia.
Credit tempo.co