Selasa, 16 Agustus 2016

Peringatan Horor: Perang AS vs China Bakal Merusak dan Berlarut-larut

 
Peringatan Horor Perang AS vs China Bakal Merusak dan Berlarut larut
Manuver kapal perang China dalam latihan militer. | (Foto-foto: Xinhua/Reuters)

 
WASHINGTON - Peringatan menakutkan telah dikeluarkan organisasi penelitian Rand Corporation yang menyoroti perseteruan antara Amerika Serikat dan China belakangan ini. Kelompok think-tank pertahanan yang berbasis di AS ini menyatakan, jika pecah perang AS lawan China akan intens, merusak dan berlarut-larut.

Organisasi penelitian itu mengingatkan bahwa China bukan lawan sembarangan bagi AS. Selama satu dekade terakhir, kekuatan militer China sudah bisa menyamai AS.

Peringatan ini muncul di tengah ketegangan AS dan China terkait polemik sengketa Laut China Selatan, di mana China telah membangkang pada putusan Pengadilan Tetap Arbitrase (PCA) di Den Haag Juli lalu. PCA membuat putusan setelah Filipina mengajukan gugatan arbitrase dan hasilnya semua klaim China atas kawasan Laut China Selatan tidak diakui atau China dinyatakan kalah dalam PCA.

Peringatan Horor Perang AS vs China Bakal Merusak dan Berlarut larut

Peringatan dari Rand Corporation ini dilansir dalam sebuah laporan berjudul “War With China, Thinking Through the Unthinkable”.

”Jika insiden terjadi atau krisis memanas, keduanya memiliki insentif untuk menyerang pasukan musuh,” bunyi laporan itu.

”Dan jika permusuhan meletus, keduanya memiliki kekuatan, teknologi, kekuatan industri, dan tenaga yang cukup untuk melawan di hamparan luas mencakup daratan, laut, udara, ruang angkasa dan dunia maya,” lanjut laporan Rand Corporation.

Laporan ini juga memperingatkan bahwa AS memiliki kekuatan militer untuk memenangkan setiap konflik untuk saat ini. Pada tahun 2025, Rand memprediksi China telah membangun kemampuannya. Namun, organisasi itu meyakini kemenangan akan dipegang AS.

Peringatan Horor Perang AS vs China Bakal Merusak dan Berlarut larut

Dalam catatan angka, AS tetap jadi negara dengan militer terboros di seluruh dunia. Militer AS menghabiskan empat kali lebih banyak dari saingannya, militer China.

Angka yang dikeluarkan oleh Global Firepower (GFP) menegaskan bahwa belanja militer AS pada tahun 2015 adalah yang tertinggi, yakni US581 juta, diikuti oleh militer China USD155 juta.

Masih menurut laporan Rand, konflik AS dan China akan berdampak besar pada biaya politik dan ekonomi. Rand mengakui perang kemungkinan tidak terjadi untuk menghindari kerusakan ekonomi dan politik.

”Namun konsekuensi dari perang bisa jauh melampaui dari keberhasilan dan kegagalan militer; ekonomi dunia bisa bergoyang, dan ketertiban internasional seperti itu bisa hancur,” lanjut laporan Rand Corporation.

Jika perang itu terjadi, maka kemungkinan akan dimulai di Asia Timur dengan manuver kapal-kapal dan serangan cyber. Organisasi itu menambahkan bahwa persenjataan nuklir tidak mungkin digunakan, karena tidak ada pihak yang bersedia menanggung risiko dari penggunaan senjata yang menghancurkan seperti itu.


Pakar keamanan cyber, Profesor Greg Austin mengatakan, China dan AS setuju bahwa kedunya berusaha untuk menghindari “biaya” jika perang menjadi pilihan.

Peringatan Horor Perang AS vs China Bakal Merusak dan Berlarut larut

Profesor peneliti di UNSW Canberra itu mengatakan, berdasarkan penelitiannya selama satu dekade terakhir, dia tidak percaya China akan mampu menyamai AS dalam hal kekuatan militer. ”China akan kehilangan sekarang dan dalam waktu 10 tahun,” katanya.

”Saya tidak punya alasan untuk percaya China secara signifikan dapat membalikkan keunggulan AS yang memiliki sekutu, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan,” ujarnya.

Austin melanjutkan, bahwa China masih mengakui teknologinya masih lemah.

Dr Euan Graham, Direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute mengatakan kepada news.com.au, Senin (15/8/2016), bahwa perang semacam itu tidak mungkin. Namun, dia menilai skenario kasus terburuk dari perang AS dan China yang ditulis Rand Corporation adalah penting.

Dia mengatakan, negara-negara yang memiliki senjata nuklir, termasuk China dan AS, biasanya mengambil semua langkah untuk menghindari penggunaannya. ”Tapi hanya karena mereka memilikinya, tidak berarti kita harus mengasumsikan perang tidak akan terjadi,” katanya.

Dr Graham yakin masalah nuklir akan bermasalah terutama jika perang terjadi di laut.













Credit  Sindonews