Ilustrasi (Getty Images/Scott Olson)
Sebelumnya, Pentagon sudah memberi indikasi bahwa foto yang dipamerkan oleh ISIS, menunjukkan peluncur roket portabel, radio, granat dan sejumlah peralatan militer lainnya yang tidak umum digunakan oleh pasukan pemerintah Afghanistan, sepertinya merupakan properti milik AS.
Serangan itu membuat para tentara meninggalkan posisi mereka, hingga berbagai peralatan perang direbut dan dipamerkan oleh ISIS melalui internet.
Tentara AS, termasuk Pasukan Operasi Khusus, sedang memerangi militan ISIS di basis mereka di Provinsi Nagarhar, Afghanistan, selama beberapa hari ketika insiden itu terjadi.
“Untuk alasan yang bisa dimengerti, nyawa tentara tidak akan dibuat dalam risiko demi peralatan,” ujar Cleveland.
Pertempuran dengan ISIS di Nangahar telah mencederai beberapa tentara AS.
Kelompok yang sama yang menyebarkan foto senjata itu, juga menunjukkan kartu identitas seorang personel militer Angkatan Darat AS, Ryan Jay Larson, mengklaim mereka telah menangkapnya. Namun pejabat militer AS mengatakan Ryan kehilangan kartu identitasnya selama baku tembak pada 25 Juli dan masih bersama dengan unitnya.
Credit CNN Indonesia
Simpatisan ISIS Klaim Rebut Senjata Tentara AS di Afghanistan
Ilustrasi tentara AS (Scott Olson/Getty Images)
Sejumlah foto yang dirilis pada Sabtu (6/8) itu menunjukkan peluncur roket portabel, radio, granat dan sejumlah peralatan militer lainnya yang tidak umum digunakan oleh pasukan pemerintah Afghanistan dan diklaim milik tentara AS. Kelompok itu juga merilis foto kartu identitas seorang Prajurit Kader Angkatan Darat AS, Ryan Larson.
Pasukan operasi khusus AS ditugaskan di Afghanistan untuk membantu pasukan lokal dalam operasi terbaru melawan kelompok militan yang telah berbaiat dengan ISIS di Provinsi Nangarhar, yang berbatasan dengan Pakistan.
"Prajurit Kader Larson melekat pada unit pasukan yang bermitra dengan Pasukan Afghanistan," bunyi pernyataan dari juru bicara militer AS, Komandan Ron Flesvig, yang dirilis Minggu (7/8), dikutip dari Reuters.
"Kartu Identitas sang prajurit dan beberapa peralatannya tertinggal setelah (operasi tersebut). Hilangnya kartu identitas sangat disayangkan," bunyi pernyataan itu.
Pada Juli lalu, komandan AS menyatakan sedikitnya lima pasukan khusus terluka dalam pertempuran di provinsi ini.
Situs yang menerbitkan foto tersebut menyatakan bahwa berbagai senjata dan peralatan tempur tersebut ditinggalkan selama operasi tersebut. Namun, Flesvig menyatakan pihaknya masih mencari tahu bagaimana dan kapan tepatnya senjata dan peralatan itu hilang.
Pasukan AS kini berada di Afghanistan sebagai penasihat pertempuran untuk memerangi sejumlah kelompok militan di negara itu. Selain itu, sejumlah jet tempur AS mengerahkan setidaknya 545 senjata dalam enam bulan pertama 2016 di Afghanistan.
Credit CNN Indonesia