Seorang pejabat militer Turki di
markas NATO mengajukan permohonan suaka di Amerika Serikat setelah
mendapatkan panggilan untuk pulang, menyusul kudeta militer.
(Reuters/Kenan Gurbuz)
Hal ini disampaikan oleh dua pejabat AS kepada Reuters, Selasa (9/8), yang mengatakan bahwa pejabat itu bekerja di markas Komando Sekutu Transformasi NATO di Norfolk, Virginia. Sumber Reuters yang enggan disebut namanya menolak menyebut identitas pejabat militer Turki tersebut.
Ugurlu tidak melapor setelah Turki mengeluarkan perintah penangkapan terhadap dirinya bulan lalu.
"Pada 22 Juli, hari saat dia meninggalkan lencana dan kartu identitas di pangkalan dan setelah itu tidak ada yang pernah melihat dia lagi," kata diplomat Turki, yang juga enggan disebut namanya.
Dia juga mengatakan, ada dua tentara lainnya di markas itu yang juga dipanggil pulang oleh Turki. "Namun mereka tidak ditahan. Salah satunya telah kembali, dan seorang lagi akan kembali dalam waktu dekat," lanjut dia.
Tidak ada komentar dari pemerintah AS terkait permohonan suaka tersebut.
Militer Turki memang tengah menjadi incaran "pembersihan" oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan menyusul kudeta militer 15 Juli lalu yang gagal di Istanbul dan Ankara.
Pembersihan di kemiliteran Turki, yang merupakan angkatan bersenjata terbesar kedua NATO dan calon anggota Uni Eropa, menyebabkan ribuan tentara dipecat, termasuk 40 persen jenderal.
Total ada 16 ribu orang yang resmi ditahan karena terlibat kudeta. Lebih dari 26 ribu lainnya sempat ditangkap dan diinterogasi, yang tidak terbukti terlibat dibebaskan.
Permohonan suaka dari tentara Turki di markas NATO diperkirakan akan semakin membuat hubungan dengan AS tegang. Sebelumnya Turki mendesak AS mendeportasi Fethullah Gulen, tokoh agama yang diduga dalang kudeta militer.
Credit CNN Indonesia