Ilustrasi roket militan Palestina di Jalur Gaza. (Reuters/Suhaib Salem)
Roket tersebut diluncurkan pada Minggu (21/8) namun tidak menyebabkan korban luka dan tewas serta tidak menimbulkan kerusakan di Sderot, meski mendarat di kawasan perumahan, menurut keterangan polisi kepada Reuters.
Israel kemudian meluncurkan sejumlah serangan udara pada malam hari, yang mengenai setidaknya 30 situs berbeda di Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas dan sejumlah kelompok militan lainnya. Pejabat kesehatan di Gaza menyatakan bahwa serangan itu menyebabkan dua orang terluka ringan.
Aksi saling serang ini membuat festival musik di Sderot terhenti. Rekaman video yang ditayangkan di TV memperlihatkan ratusan pengunjung festival berlarian mencari perlindungan.
Militer Israel menyatakan bahwa pesawat tempur mereka menyerang sejumlah sasaran di Jalur Gaza wilayah utara. Tentara Israel mengklaim bahwa sejak awal tahun ini, sudah 14 roket dari Gaza menghantam wilayah Israel.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner, menyatakan bahwa militer "tetap berkomitmen untuk [menciptakan] stabilitas di kawasan dan ketenangan kepada warga Israel selatan."
"Ketika teroris daro Jalur Gaza yang dikuasai Hamas didorong oleh agenda radikal berdasarkan kebencian, menyerang warga di tengah liburan musim panas, niat mereka jelas, untuk menimbulkan rasa sakit, menyebabkan rasa takut dan untuk meneror," bunyi pernyataan yang dirilis Lerner.
Sementara, menanggapi klaim Israel, juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri menyatakan, "Kami menilai (Israel) bertanggung jawab atas eskalasi di Jalur Gaza dan kami menekankan bahwa agresi tidak akan berhasil dalam mematahkan keinginan rakyat kami dan mendikte poerlawanan kami."
Hamas menguasai Jalur Gaza dan menyetujui gencatan senjata dengan Israel sejak pertempuran terjadi pada 2014 lalu. Namun, sejumlah sel militan Salafi Jihadis menentang perjanjian gencatan senjata dan sesekali meluncurkan roket ke Israel.
Israel menilai seluruh serangan yang berasal dari Jalur Gaza adalah tanggung jawab Hamas.
Lebih dari 2.100 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas selama konflik di Gaza tahun 2014. Sementara di pihak Israel, sebanyak 67 tentara dan enam warga sipil tewas akibat serangan roket dari Hamas dan sejumlah kelompok militan lainnya.
Meskipun gencatan senjata masih berlaku, Hamas berjanji untuk terus menggali terowongan agar dapat menyusup ke Israel. Meski para pemimpin Hamas menekankan mereka tidak berharap perang terjadi dalam waktu dekat, penggalian terowongan tetap dilanjutkan karena dinilai sebagai senjata yang strategis jika terjadi konfrontasi bersenjata di masa depan.
Credit CNN Indonesia