Rabu, 17 Februari 2016

Spesimen Kuno Ini Diduga Merupakan Bunga Asterid Pertama

Spesimen Kuno Ini Diduga Merupakan Bunga Asterid Pertama

Gambar evolusi manusia, perubahan manusia dari zaman prasejarah hingga zaman modern di Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, 27 Desember 2014. Museum yang diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini memamerkan diorama manusia purbakala dan fosil yang ditemukan di Jawa. TEMPO/Frannoto
 
 
CB, Jakarta - Para peneliti menemukan spesimen fosil pertama dari "asterid", satu keluarga tumbuhan berbunga yang bisa memberi kita segalanya mulai dari kentang sampai tomat, tembakau, petunia dan secangkir kopi pada pagi hari.

Menurut hasil penelitian di jurnal Nature Plants, fosil bunga-bunga berusia 20 sampai 30 juta tahun yang ditemukan terlindung sempurna dalam sebongkah batu ambar itu berasal dari keluarga asterid, bagian dari genus Strychnos, yang memunculkan racun-racun paling terkenal seperti strychnine dan curare.

"Spesimen-spesimen cantik, fosil bunga-bunga yang terjaga sempurna, yang pada satu titik dilahirkan oleh tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan tropis lembab dengan pepohonan besar dan kecil, tumbuhan rambat, palem, rerumputan dan vegetasi lain," kata George Poinar, Jr., ahli tumbuhan dan binatang yang terlindung dalam ambar dari College of Science di Oregon State University.

"Spesimen seperti ini yang memberi kita wawasan mengenai ekologi ekosistem di masa lalu," katanya seperti dilansir laman resmi Oregon State University.

Ia mengatakan spesimen-spesimen itu menunjukkan bahwa asterid sudah berevolusi berjuta-juta tahun lalu.

Asterid, menurut para peneliti yang terlibat dalam studi itu, termasuk tumbuhan paling beragam dan penting di Bumi dengan 10 ordo, 98 keluarga dan sekitar 80.000 spesies. 

Mereka mewakili sekitar sepertiga dari keragaman angiospermae atau tumbuhan berbunga.

Dan satu genus kuno Strychnos, yang sekarang terbukti tak terpisahkan dengan racun, sudah ada jutaan tahun sebelum manusia muncul di planet ini.

"Spesies dari genus Strychnos hampir semuanya beracun," kata  Poinar.

"Setiap tumbuhan punya alkaloid sendiri dengan beragam efek. Beberapa lebih beracun dari yang lain, dan mungkin mereka berhasil karena racun mereka menjadi pertahanan melawan herbivora," katanya.

"Sekarang beberapa dari racun ini terbukti membawa manfaat dan bahkan punya sifat obat."

Ekstrak dari dua tumbuhan genus Strychnos yang menjadi terkenal yakni strychnine dan curare.

Strychnine sudah puluhan tahun digunakan sebagai pestisida, dan sering digunakan sebagai komponen mematikan dalam racun tikus.

Dalam dosis kecil, racun yang menginspirasi Norman Bates untuk membunuh ibunya serta teman lelakinya dalam film "Psycho" itu bisa meningkatkan aktivitas mental dan otot.

Sementara Curare ditampilkan sebagai senjata pembunuh dalam satu novel Sherlock Holmes dan dalam dosis rendah bisa digunakan sebagai pengendur otot dalam pembedahan.

Sekarang ada sekitar 200 spesies tumbuhan Strychnos di seluruh dunia, dalam bentuk beragam mulai dari belukar sampai pohon dan tumbuhan rambat, kebanyakan di daerah tropis.

Tumbuh-tumbuhan itu masih dipelajari sifat obatnya, antara lain untuk penanganan infeksi cacing parasit dan pengobatan malaria.


Credit  TEMPO.CO