Trudeau pada Senin (8/2) juga mengumumkan bahwa pemerintah akan meningkatkan upaya untuk melatih pasukan lokal dan membangun kembali wilayah-wilayah yang hancur akibat perang.
Kanada akan menambah jumlah kontingen pelatih di Irak dari 69 menjadi 200 dalam dua tahun mendatang, dan personel militer yang dikerahkan sebagai bagian Satuan Tugas Gabungan Irak akan ditingkatkan menjadi 850 dari 650, katanya.
Keputusan untuk menarik seluruhnya enam jet tempur CF-18 Kanada dari misi penyerangan terhadap ISIS yang dipimpin oleh Amerika Serikat itu dibuat dengan panduan "keinginan untuk melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan oleh Kanada" guna membantu wilayah-wilayah terdampak, kata Trudeau.
Pemerintahan Konservatif Kanada sebelumnya berkomitmen bergabung dengan serangan udara koalisi sampai Maret.
Pemerintahan Liberal baru yang terpilih Oktober tahun lalu berjanji menarik enam jet tempur CF-18 Kanada dari misi pengeboman.
"Penting untuk memahami bahwa operasi serangan udara sangat berguna untuk mendapat keuntungan militer dan teritorial jangka pendek, bukan untuk pencapaian stabilitas jangka panjang bagi masyarakat setempat," kata Trudeau.
Ketika ditanya apakah pelatih militer Kanada akan terlibat dalam operasi garis depan atau pertempuran darat bersama pasukan keamanan lokal, Trudeau mengatakan: "Ini misi non-tempur."
Trudeau juga mengatakan pemerintahannya akan menyumbang lebih dari 1,6 miliar dolar Kanada (sekitar Rp15,7 triliun) dalam tiga tahun mendatang untuk pendekatan baru bagi keamanan, stabilisasi, kemanusiaan dan pengembangan bantuan dalam merespons krisis di Irak dan Suriah serta dampaknya pada Yordania dan Lebanon.
Trudeau mengatakan pemecahan krisis di Irak dan Suriah akan membutuhkan "solusi politik."
Trudeau sedang dalam tekanan untuk mempertahankan jet tempur CF-18 dalam misi perang melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Tapi dia berulang kali menyatakan tidak akan melanggar janji saat pemilihannya.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah pengumuman Trudeau, pemimpin interim Partai Konservatif Rona Ambrose menyebut penarikan diri dari misi tempur itu sebagai "langkah mundur yang memalukan" bagi Kanada, menyebut ISIS sebagai "ancaman teror terbesar di dunia dan mengancam keselamatan warga Kanada."
Setelah pengumuman Trudeau, Kepala Staf Pertahanan Kanada Jonathan Vance mengatakan: "dia tepat waktu" menarik jet-jet tempur Kanada dari serangan pengeboman.
"Ada cukup kekuatan udara dalam koalisi untuk melanjutkan pengeboman dari udara dengan dukungan pengisi bahan bakar Kanada dan target kita memastikan misi berlanjut," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Credit ANTARA News