- Skyblade 360 UAV dan
sel bahan bakar dipamerkan di ajang Singapore Airshow 2016 (gerai ST
Engineering)
- Penerbangan sejauh
300 KM merupakan rekor dunia untuk teknologi hidrogen on demand
SINGAPURA--(CB) -- Konsorsium
institusi dan perusahaan swasta asal Singapura yang terdiri dari HES Energy Systems, ST Aerospace, DSO
National Laboratories, dan Direktorat Sistem dan Teknologi Masa Depan dari
Kementerian Pertahanan Singapura, mengumumkan berhasil mencatatkan rekor
penerbangan Skyblade 360 UAV, yang dikembangkan oleh ST Aerospace, sejauh 300KM
dan selama enam jam. Selain berhasil mencatatkan rekor teknis dan performa yang
signifikan untuk sel bahan bakar hydrogen-on-demand, ini juga merupakan pertama kalinya di dunia sebuah
sel bahan bakar mampu melampaui tahapan purwarupa dan masuk ke dalam daftar
produk standar produsen pesawat nirawak (UAV). Skyblade 360 UAV dan sistem sel
bahan bakar inovatifnya kini tengah dipamerkan di gerai ST Engineering di ajang
Singapore Airshow 2016.
Sistem sel bahan bakar Skyblade 360 yang
dikembangkan oleh HES dan DSO memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan
baterai lithium yang biasa digunakan sebagai sumber bahan bakar UAV, dan juga
memiliki bentuk yang sangat ringkas: tabung bahan bakar IL-nya mampu menampung
energi sebesar 1000Wh. Tidak seperti sel bahan bakar hidrogen pada umumnya,
sistem ini tidak menyimpan bahan bakar sebagai gas hidrogen bertekanan, tapi
sebagai bahan kimia solid, sehingga memudahkan penggunaan di lapangan.
Sejak didirikan pada 2009 di Singapura, HES telah
mengembangkan berbagai sistem bahan bakar paling canggih di dunia dan membantu
banyak produsen UAV di seluruh dunia meningkatkan waktu terbang UAV mereka.
Pada beberapa tahun lalu, HES mampu membuktikan kalau sistemnya dapat menyimpan
7% dari bobotnya sebagai hidrogen dan tingkat konsumsi bahan bakar hampir 90%.
Beberapa opsi bahan tersedia dalam bentuk hydrogen on demand, akan tetapi
sebagian besar tidak dapat memenuhi target performa karena sifat reaksi mereka
dan pada seberapa besar energi atau reaktan yang dibutuhkan untuk mengekstraksi
hidrogen, yang kemudian akan menghantarkan energi bersih yang dapat digunakan
melalui sel bahan bakar.
HES memerlukan waktu bertahun-tahun untuk raih
performa ini. Berbagai cara dan teknologi telah ditempuh dan dikembangkan,
salah satunya adalah penggunaan Sodium Borohydride yang sangat mahal. Desain
sistem berbasis Sodium Borohydride sangat kompleks, rapuh, dan rumit digunakan
oleh pengguna akhir. Pada 2013, HES berinovasi dengan menggunakan materi baru
dan sistem yang jauh lebih simpel. Biaya operasional teknologi hydrogen on
demand berhak paten ini direncanakan hanya sebesar USD 10 per jam penerbangan,
sehingga menjadikannya opsi yang paling realistis dan efisien bagi banyak
produsen UAV.
HES Energy Systems adalah bagian dari H3 Dynamics
Group (gerai D94/Zona Teknologi Berkembang), konsorsium perusahaan perangkat
keras dan lunak asal Singapura. HES kini memiliki dua perusahaan kembar, yaitu
HUS Unmanned Systems, perusahaan robotika terintegrasi yang mengaplikasikan
teknologi HES, dan HAS Awareness Systems, yang didedikasikan untuk pengembangan
teknologi komunikasi lapangan, pelacakan presisi, dan perangkat lunak analitik real-time. Grup ini baru saja
merampungkan proses pembiayaan utama dan sedang berekspansi ke pasar AS, Eropa,
dan memperkuat posisinya di Afrika Selatan.
Credit Antaranews