Pemerintah China menegaskan bahwa mereka tidak memiliki masalah etnis dengan Muslim Uighur di Xinjiang. (Reuters/Osman Orsal)
Dilaporkan Reuters, Yi menyatakan kaum minoritas Muslim Uighur menikmati kebebasan dalam beragama.
Semenjak laporan diskriminasi China atas Muslim Uighur dilaporkan berbagai media Turki, gejolak anti-China memanas, dan memperburuk hubungan kedua negara. Pasalnya, China dilaporkan melarang umat Muslim Uighur yang sebagian besar tinggal Xinjiang untuk berpuasa salama bulan Ramadan.
Warga Turki sendiri memiliki beberapa kesamaan dengan Muslim Uighur, dari segi agama dan bahasa.
"Kaum Uighur hidup dan bekerja dalam keadaan damai dan menikmati kebebasan beragama di bawah konstitusi kami (China)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dikutip dari Reuters, Senin (6/7).
Sebelumnya, ratusan pengunjuk rasa berbaris di konsulat China di Istanbul, Turki, pada Ahad (5/7), dengan membawa tulisan dan slogan anti-China diluar gedung. Sekelompok turis asal Korea tak sengaja diserang oleh para demonstran, karena dikira wisatawan asal China.
Pada pekan lalu, Turki berjanji untuk selalu membuka pintunya lebar-lebar bagi kaum Uighur yang beragama Islam jika ingin melarikan diri dari penganiayaan di china.
Turki juga menyatakan kekesalannya atas China karena telah melakukan pembatasan kepada kaum Uighur dalam melakukan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Ratusan orang Uighur tewas dibunuh selama kurang lebih tiga tahun terakhir di dalam penyerangan yang menimpa kota Xinjiang. Beijing menyalahkan militan Islam akan hal ini, dan menuduh mereka ingin membentuk negara independen yang dinamakan dengan Turkestan Timur.
Credit CNN Indonesia