Selasa, 24 Juli 2018

Trump ke Iran: Jangan Ancam AS atau Tanggung Akibatnya


Trump ke Iran: Jangan Ancam AS atau Tanggung Akibatnya
Presiden Donald Trump memperingatkan Presiden Iran Hassan Rouhani agar tak mengancam Amerika serikat jika tak mau menanggung akibatnya. (REUTERS/Kevin Lamarque)


Jakarta, CB -- Presiden Donald Trump memperingatkan Presiden Iran Hassan Rouhani agar tak mengancam Amerika serikat jika tak mau menanggung akibatnya.

Hal itu diungkapkan beberapa jam setelah Rouhani mengatakan kepada Trump bahwa kebijakan keras terhadap Teheran bisa berujung pada "induk segala peperangan."

Melalui Twitter, Trump mengatakan "jangan pernah sekalipun mengancam Amerika Serikat atau Anda akan merasakan konsekuensi seperti yang sudah dialami sejumlah pihak sepanjang sejarah."



Kicauan itu ditulis seluruhnya dengan huruf besar.

"Kami bukan lagi negara yang akan menerima kata-kata gila Anda soal kekerasan dan kematian. Waspadalah!" kata Trump.

Pernyataan Trump juga menyusul Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang mengatakan AS "tidak takut menjatuhkan" pejabat Iran, bahkan pada level tertinggi pemerintahan, dengan sanksi.

"Kami tidak takut mengatasi rezim Iran meskipun pada tingkatan tertinggi pemerintahan," kata Pompeo dalam pidatonya di California.

Pernyataan itu mengacu pada sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Kepala Pengadilan Iran, Sadeq Larijani, pada Januari lalu.
Semua ini mengikuti "strategi baru" AS mendesak Iran untuk lebih patuh terhadap serangkaian sanksi yang telah dijatuhkan, terutama setelah Washington menarik diri dari perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Dalam kesempatan itu, Pompeo juga mengatakan Gedung Putih ingin seluruh negara mengurangi, bahkan menghentikan impor minyak dari Iran mulai 4 November mendatang. Seruan ini dilakukan sebagai bentuk peningkatan tekanan ekonomi terhadap Teheran.

"Masih ada banyak [sanksi] yang akan datang lagi," tutur Pompeo seperti dikutip AFP

Pompeo bahkan disebut akan mendorong diaspora Iran di seluruh dunia untuk "mendukung" protes anti-pemerintah. Langkah ini semakin memperjelas keinginan Presiden Donald Trump akan perubahan rezim di negara Timur Tengah itu.




Credit  cnnindonesia.com