Malaysia evaluasi proyek-proyek besar dengan Cina.
CB,
JAKARTA -- Malaysia yakin hubungan dengan Cina akan tetap baik. Hal ini
menyusul kebijakan Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang mengkaji ulang
sejumlah perjanjian pembangunan prasarana Malaysia dan Cina.
Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam kuliah umum di
Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS), Jakarta, Senin (23/7),
mengakui bahwa kedua negara sedang menghadapi masalah terkait perjanjian
niaga yang ditandatangani pemerintah Malaysia sebelumnya pimpinan
Perdana Menteri Najib Razak.
"Tetapi, sikap kami tetap. Kami ingin tetap melanjutkan hubungan baik dengan Cina, bahkan meningkatkannya," kata Saifuddin.
Pemerintah
Malaysia mengkaji kembali proyek besar, yang ditandatangani Najib,
untuk memotong utang nasional negara tersebut yang diperkirakan mencapai
250 miliar dolar AS. Tiga proyek terbesar yang didukung China, termasuk
pembangunan jalur kereta api dan dua pipa gas senilai lebih dari 22
miliar dolar AS ditangguhkan.
Mahathir
mengirim utusan khusus, mantan Menteri Keuangan Malaysia Daim
Zainuddin, untuk bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang dan
Menlu China Wang Yi beberapa waktu lalu untuk menyampaikan kebijakan
tersebut.
Mahathir pun mengumumkan rencana kunjungannya ke
Beijing pada 17 Agustus 2018 untuk secara khas membahas masalah itu,
termasuk persyaratan kerja sama, yang dinilai tidak adil atas beberapa
proyek besar yang ditandatangani Najib.
Politikus kawakan
berusia 92 tahun itu juga menyatakan rencananya menaikkan suku bunga
tinggi pada pinjaman Cina yang digunakan untuk membiayai proyek
tersebut.
"Bisa dipastikan akan ada pembahasan lanjutan
untuk menangani persoalan itu. Tetapi, China dan Malaysia punya sejarah
panjang kerja sama. Kami tidak bisa membiarkan dua sampai empat proyek
bermasalah itu memengaruhi hubungan kedua negara itu," demikian
Saifuddin.