Selasa, 06 Oktober 2015

AS Sebut Serangan di Kunduz Atas Permintaan Afghanistan


AS Sebut Serangan di Kunduz Atas Permintaan Afghanistan  
Pasukan Amerika Serikat menegaskan bahwa serangan di Kunduz pada akhir pekan lalu, Sabtu (3/10) tidak dilakukan atas nama kepentingan mereka. (REUTERS/Medecins Sans Frontieres)
 
Jakarta, CB -- Komandan pasukan internasional Amerika Serikat John Campbell menyatakan bahwa pasukan Afghanistan meminta bantuan AS pada saat melawan Taliban di Kunduz, beberapa saat sebelum sebuah rumah sakit hancur terkena serangan udara dan menewaskan 22 orang.

Meski mengungkapkan serangan saat itu sebagai permintaan dari pihak Afghanistan, namun Campbell enggan memberikan pernyataan yang jelas bahwa serangan udara kala itu menimpa Rumah Sakit Medecins Sans Frontieres.

Dia hanya menyebut, bahwa investigasi atas kecelakaan besar dengan puluhan nyawa melayang yang terjadi pada Sabtu (3/10) itu masih terus berlangsung dan akan dilakukan dengan transparan.

"Kami mengetahui bahwa pada 3 Oktober, pasukan Afghanistan menyatakan akan melakukan penyerangan dari posisi musuh dan meminta dukungan dari udara kepada pasukan AS," kata Campbel seperti dilansir Reuters, Senin (5/10).

"Saat itu sebuah serangan udara diperintahkan untuk menghancurkan ancaman dari Taliban, dan tanpa sengaja mengenai beberapa masyarakat sipil."

Pernyataan yang dikeluarkan Campbell itu dilakukan untuk menyangkal komentar-komentar yang mengindikasikan adanya tuduhan bahwa serangan ke rumah sakit tersebut dilakukan atas kepentingan pasukan AS sendiri.


Credit  CNN Indonesia



Serangan AS Hancurkan RS di Afghanistan, 16 Orang Tewas


Serangan AS Hancurkan RS di Afghanistan, 16 Orang Tewas 
 Bendera Taliban di Kunduz. (CNN Indonesia/Reuters/Stringer)
 
Jakarta, CB -- Serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat telah menghantam rumah sakit yang dikelola kelompok Doctors Without Borders di Kunduz, Afghanistan, pada Sabtu (3/10) pagi waktu setempat. Sebanyak 16 orang tewas, termasuk sembilan staf rumah sakit dan tujuh pasien.

Sebanyak tiga dari tujuh pasien adalah anak-anak. Kolonel Brian Tibus dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mengatakan serangan itu sedang diinvestigasi oleh pihak yang berwajib.

Khususnya investigasi terhadap kemungkinan pesawat AC-130, yang sedang berada di area tersebut dan menembaki pasukan Taliban untuk mempertahankan operasi pasukan Amerika Serikat di sana, bertanggung jawab terhadap serangan ke rumah sakit.


Seperti dilansir CNN, serangan udara juga melukai setidaknya 37 orang dan membuat sebagian bangunan rumah sakit terbakar dan rusak. Peristiwa ini terjadi setelah enam hari pertempuran antara pasukan pemerintah Afghanistan, yang didukung pasukan udara dan penasihat militer AS, dan Taliban, yang menginvasi kota Kunduz, pada awal pekan ini.

Doctors Without Border sendiri kaget dengan serangan tersebut. Soalnya sudah sejak Selasa lalu mereka mengingatkan pihak yang bertikai mengenai posisi trauma center. Fasilitas kesehatan itu, kata mereka, telah merawat ratusan orang yang terluka akibat pertempuran itu. Bahkan, pada saat serangan, mereka langsung mengingatkan kedua pihak. Tapi tak digubris.

“Pengeboman berlanjut selama lebih dari 30 menit setelah pejabat militer AS dan Afghanistan di Kabul dan Washington kami informasikan,” kata kelompok, yang secara internasional dikenal dengan nama Medecins Sans Frontieres (MSF). “Kami mendesak penjelasan tentang apa yang terjadi dan bagaimana kejadian buruk ini bisa terjadi.”

MSF mengatakan masih ada sekitar 30 orang yang belum diketahui nasibnya. Ini berarti jumlah korban tewas masih bisa bertambah. Soalnya, saat serangan terjadi, ada 105 pasien di rumah sakit itu dan sebanyak 80 staf nasional dan internasional dari MSF.

AC-130 adalah pesawat tempur yang dibangun pada airframe pesawat kargo Hercules C-130. Model AC-130U yang tercanggih, dipersenjatai dengan senapan Gatling 25mm, meriam 40mm dan 105mm.



Credit  CNN Indonesia