Wali Kota London, Sadiq Khan, menyebut
tingkat kejahatan berdasar kebencian khususnya terhadap umat Muslim
mencapai jumlah tertinggi sejak teror London terjadi. (Foto:
Reuters/David Gray)
Jakarta, CB --
Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan sentimen dan
kejahatan anti-Muslim meningkat lima kali lipat sejak insiden teror di
Jembatan London menewaskan delapan orang pada Sabtu pekan lalu.
"Statistik sementara hingga 6 Juni menunjukkan 40 persen peningkatan insiden rasisme, dibandingkan dengan jumlah rata-rata harian pada tahun ini, dan lima kali lipat peningkatan pada jumlah insiden Islamofobia," tutur Khan melalui pernyataan resmi kantornya, Kamis (8/6).
Berdasarkan data kantor wali kota, terdapat 54 insiden rasisme pada Selasa (6/6), jauh meningkat dibandingkan rata-rata 38 insiden per hari pada tahun ini. Dua puluh di antaranya merupakan insiden anti-Muslim yang juga jauh melonjak di atas rata-rata 4 insiden per hari selama 2017.
Menurut Khan, ini bahkan menjadi jumlah tertinggi kejadian Islamofobia di tahun 2017 yang jauh meningkat dibandingkan pascaserangan teror dengan korban 130 jiwa pada November 2015 di Paris.
Melalui akun Facebook-nya, Khan meminta warga untuk tetap bersatu bersama-sama dan mengirimkan pesan tegas bahwa London tidak akan terpecah hanya karena terorisme dan "orang-orang yang berusaha menyakiti kita."
"Selain melakukan segala upaya membasmi ekstremisme, polisi juga tak akan menolerir bentuk kejahatan dan kebencian seperti ini," ucapnya.
Kepolisian Metropolitan London melaporkan telah melakukan sekitar 25 penangkapan terkait pelanggaran kejahatan berdasarkan kebencian sejak Sabtu (3/6).
Aparat keamanan juga dikabarkan telah berkoordinasi dengan berbagai tempat ibadah keagamaan di ibu kota Inggris itu dan meminta mereka melaporkan segala kejadian yang berhubungan dengan kejahatan berdasar kebencian.
"Polisi akan menangani masalah ini dengan serius," ucap Dave Stringer, kepala unit hubungan masyarakat kepolisian London.
Stringer mengatakan, pihaknya memang mendapati tren kejahataan berdasarkan kebencian terus meningkat dari tahun-ke-tahun, menyusul semakin besarnya kemauan korban untuk melaporkan model kejahatan seperti itu.
Meski begitu, masih banyak kejahatan berdasarkan kebencian seperti tindakan rasisme dan diskriminasi yang tidak dilaporkan dan terungkap.
"Kita juga perlu memahami peristiwa di dunia bisa berkontribusi meningkatkan insidne kejahatan berdasar kebencian," kata Stringer seperti dikutip AFP.
Peristiwa di Jembatan London dan Borugh Market pada Sabtu malam menjadi serangan teror terbaru di Inggris. Selama 2017 ini, Inggris telah didera tiga aksi terorisme.
Pada Maret lalu, seorang pria mengemudikan sebuah mobil secara membabi-buta dan menabraki pejalan kaki di Jembatan Westminster. Tak cukup, sang pelaku lalu menikam seorang polisi saat mencoba menerobos masuk ke gedung parlemen. kejadian itu menewaskan lima orang dan melukai 40 lainnya.
Pada 22 Mei lalu, sekitar 22 orang tewas termasuk anak-anak dan remaja saat bom meledak di Manchaster Arena. Saat itu penyanyi pop asal Amerika Serikat Ariana Grande tengah menggela konser di gedung tersebut.
"Statistik sementara hingga 6 Juni menunjukkan 40 persen peningkatan insiden rasisme, dibandingkan dengan jumlah rata-rata harian pada tahun ini, dan lima kali lipat peningkatan pada jumlah insiden Islamofobia," tutur Khan melalui pernyataan resmi kantornya, Kamis (8/6).
Berdasarkan data kantor wali kota, terdapat 54 insiden rasisme pada Selasa (6/6), jauh meningkat dibandingkan rata-rata 38 insiden per hari pada tahun ini. Dua puluh di antaranya merupakan insiden anti-Muslim yang juga jauh melonjak di atas rata-rata 4 insiden per hari selama 2017.
|
Menurut Khan, ini bahkan menjadi jumlah tertinggi kejadian Islamofobia di tahun 2017 yang jauh meningkat dibandingkan pascaserangan teror dengan korban 130 jiwa pada November 2015 di Paris.
Melalui akun Facebook-nya, Khan meminta warga untuk tetap bersatu bersama-sama dan mengirimkan pesan tegas bahwa London tidak akan terpecah hanya karena terorisme dan "orang-orang yang berusaha menyakiti kita."
"Selain melakukan segala upaya membasmi ekstremisme, polisi juga tak akan menolerir bentuk kejahatan dan kebencian seperti ini," ucapnya.
Kepolisian Metropolitan London melaporkan telah melakukan sekitar 25 penangkapan terkait pelanggaran kejahatan berdasarkan kebencian sejak Sabtu (3/6).
|
Aparat keamanan juga dikabarkan telah berkoordinasi dengan berbagai tempat ibadah keagamaan di ibu kota Inggris itu dan meminta mereka melaporkan segala kejadian yang berhubungan dengan kejahatan berdasar kebencian.
"Polisi akan menangani masalah ini dengan serius," ucap Dave Stringer, kepala unit hubungan masyarakat kepolisian London.
Stringer mengatakan, pihaknya memang mendapati tren kejahataan berdasarkan kebencian terus meningkat dari tahun-ke-tahun, menyusul semakin besarnya kemauan korban untuk melaporkan model kejahatan seperti itu.
Meski begitu, masih banyak kejahatan berdasarkan kebencian seperti tindakan rasisme dan diskriminasi yang tidak dilaporkan dan terungkap.
|
"Kita juga perlu memahami peristiwa di dunia bisa berkontribusi meningkatkan insidne kejahatan berdasar kebencian," kata Stringer seperti dikutip AFP.
Peristiwa di Jembatan London dan Borugh Market pada Sabtu malam menjadi serangan teror terbaru di Inggris. Selama 2017 ini, Inggris telah didera tiga aksi terorisme.
Pada Maret lalu, seorang pria mengemudikan sebuah mobil secara membabi-buta dan menabraki pejalan kaki di Jembatan Westminster. Tak cukup, sang pelaku lalu menikam seorang polisi saat mencoba menerobos masuk ke gedung parlemen. kejadian itu menewaskan lima orang dan melukai 40 lainnya.
Pada 22 Mei lalu, sekitar 22 orang tewas termasuk anak-anak dan remaja saat bom meledak di Manchaster Arena. Saat itu penyanyi pop asal Amerika Serikat Ariana Grande tengah menggela konser di gedung tersebut.
Credit CNN Indonesia