Presiden Donald Trump menilai impor senjata jadi cara menumbuhkan ekonomi AS.
CB,
WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) sedang berupaya mempercepat
penjualan senjatanya di tingkat global. Hal tersebut diungkapkan Kepala
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS Letjen Charles Hooper.
Hooper mengatakan sejak awal tahun hingga saat ini, AS telah
menandatangani kesepakatan penjualan senjata senilai 46,9 miliar dolar
AS dengan berbagai mitranya. Bila kesepakatan terlaksana sepenuhnya,
nilai penjualan senjata AS akan meningkat cukup signifikan bila
dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 41,9 miliar dolar AS.
"Ekspor
pertahanan baik untuk keamanan nasional kita, kebijakan luar negeri
kita serta bagus untuk keamanan ekonomi kita. Dan sebagaimana pemerintah
dan kepemimpinan kami katakan, keamanan ekonomi adalah keamanan
nasional," kata Hooper ketika berbicara di British Famborough
International Airshow, seperti dikutip laman
Newsweek.
Hooper
menilai, dengan potensi perang dagang yang tengah dihadapi AS, industri
pertahanan mungkin akan mengalami tekanan pada tahun-tahun mendatang.
Namun ia mengaku tak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut.
"Saya
telah berbicara dengan banyak mitra kami dari seluruh dunia dan banyak
dari mereka tetap yakin bahwa solusi AS untuk masalah keamanan mereka
adalah solusi yang mereka cari dan solusi terbaik untuk masalah mereka,"
kata Hooper.
Presiden AS Donald Trump memang tengah
mendorong industri pertahanan AS agar menjual lebih banyak senjata ke
berbagai negara. Menurut Trump, hal itu merupakan salah satu cara untuk
menumbuhkan perekonomian AS.
The Stockholm International
Peace Research Institute (SIPRI), pada Maret lalu, merilis data tentang
ekspor-impor persenjataan secara global dalam kurun lima tahun terakhir,
yakni antara 2013 hingga 2017. Data tersebut menunjukkan Timur Tengah
menjadi pasar utama penjualan senjata oleh AS dan Eropa.
SIPRI
mengatakan, transfer global sistem persenjataan utama antara 2013
hingga 2017 meningkat sebesar 10 persen dibandingkan periode lima tahun
sebelumnya. Di antara dua periode yang telah dicatat Sipri, AS sebagai
salah satu eksportir senjata terbesar di dunia, meningkatkan
penjualannya sebesar 25 persen.
Berdasarkan data SIPRI,
senjata-senjata produksi AS telah dikirim ke 98 negara. Namun sebagian
besar pasokan senjatanya dikirim ke Timur Tengah yang masih dibekap
konflik. Sipri mengatakan Timur Tengah menyumbang 32 persen impor
senjata secara global.
Antara 2013 hingga 2017, impor
senjata ke Timur Tengah telah naik berlipat ganda. Selain AS, Inggris
dan Prancis juga menjadi pemasok persenjataan ke wilayah tersebut.
Adapun negara yang menjadi pelanggan utama ketiga negara tadi adalah
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir.