Rabu, 15 November 2017

Duta Besar Korea Utara Surati Sekjen PBB, Ini Isinya


Duta Besar Korea Utara Surati Sekjen PBB, Ini Isinya

Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout via REUTERS





CB, Jakarta -Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Jan Song Nam menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres  yang isinya mengingatkan, latihan tempur 3 kapal induk Amerika Serikat dengan kapal perang Jepang dan Korea Selatan telah meningkatkan kemungkinan terjadi perang nuklir.
"Bahaya yang ditimbulkan oleh latihan tempur Amerika dan sekutunya, jelas-jelas merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional," tulis Song Nam dalam suratnya seperti yang dilansir News.com.au pada 14 November 2017.

Diplomat Korea Utara itu mengatakan, pengiriman armada tempur Amerika Serikat yang dilakukan sejak 2007 membuat perang nuklir lebih mungkin terjadi setelah Washington  seolah-olah siap untuk menyerang.
Pelatihan empat hari di perairan Pasifik barat melibatkan 3 kapal induk, yakni USS Ronald Reagan, USS Nimitz dan USS Theodore Roosevelt  dimulai Sabtu pekan lalu. Kapal-kapal penghancur itu didampingi 7 kapal perang Korea Selatan, termasuk tiga kapal perusak.

Song Nam mengatakan jet tempur Amerika Serikat telah melakukan penerbangan tanpa henti, termasuk pengebom strategis B-52, sementara pembom B-1B dan B-2 terlihat sering berada di wilayah udara Korea Selatan.
Tiga kapal induk Amerika melakukan latihan tempur bersamaan dengan kunjungan kerja Presiden Donald Trump ke 5 negara Asia selama 12 hari.

Ketegangan meningkat antara Amerika Serikat dan Korea Utara menyusul serangkaian tes senjata oleh Pyongyang dan serangkaian pertengkaran yang semakin mengkkhawatirkan antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. 
Korea Utara melakukan uji coba nuklir sudah enam kali dan beberapa kali uji coba peluncuran rudal, termasuk rudal balistik antar benua (ICBM).



Credit  TEMPO.CO


Curhat Situasi Semenanjung Korea Memburuk, Korut Salahkan AS


Curhat Situasi Semenanjung Korea Memburuk, Korut Salahkan AS
Foto/Ilustrasi/Istimewa


NEW YORK - Korea Utara (Korut) mengeluh kepada PBB tentang latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel). Pyongyang menggambarkan memburuknya situasi di Semenanjung Korea karena peralatan perang nuklir AS telah dikirim untuk menyerangnya.

"Amerika Serikat telah mengamuk selama latihan perang dengan memperkenalkan peralatan perang nuklir di dan sekitar Semenanjung Korea," kata Duta Besar Korut untuk PBB Ja Song-nam dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Tiga kelompok penyerang kapal induk AS telah terlibat dalam latihan gabungan di Pasifik Barat dalam demonstrasi langka saat Presiden Donald Trump mengunjungi Asia. Terakhir kali tiga kelompok penyerang kapal AS bermanuver bersama di Pasifik Barat berada di tahun 2007.

Korsel mengatakan bahwa latihan gabungan tersebut, yang akan selesai pada hari Selasa, merupakan tanggapan atas provokasi nuklir dan rudal Korut. Seoul juga menyebut bahwa manuver tersebut dilakukan untuk menunjukkan perkembangan provokasi Pyongyang dapat dihadapi dengan kekuatan yang luar biasa.

Namun, Song-nam mengatakan bahwa Washington harus dipersalahkan atas meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. Ia juga menuduh Dewan Keamanan PBB telah mengabaikan latihan perang nuklir AS yang berusaha keras membawa bencana besar kepada umat manusia.

Song-nam pun meminta Guterres untuk menarik perhatian 15 anggota DK PBB berdasarkan Pasal 99 Piagam PBB yang jarang digunakan.

"Bahaya yang ditimbulkan oleh latihan perang nuklir AS, yang jelas-jelas merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional," seru Song-nam seperti dilansir dari Reuters, Selasa (14/11/2017).

Ketegangan meningkat antara AS dan Korut menyusul serangkaian tes senjata oleh Pyongyang serta serangkaian pertikaian yang semakin membuncah antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un.

Trump mengatakan dalam sebuah tweet pada hari Minggu bahwa Kim telah menghina dia dengan memanggilnya "tua" dan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah menyebut pemimpin Korut tersebut dengan panggilan "pendek dan gemuk".

AS telah mengatakan bahwa semua opsi, termasuk militer, berada di atas meja untuk menangani Korut, walaupun pilihannya adalah untuk solusi diplomatik.

Dewan Keamanan PBB sendiri dengan suara bulat telah meningkatkan sanksi terhadap Korut atas program rudal nuklir dan balistik sejak tahun 2006. 





Credit  sindonews.com