Netizen menilai Google terlibat dalam pembersihan etnis Palestina.
Peta Palestina di Google Maps (Motherboard)
CB -
Keputusan Google yang menghapus nama Palestina dan diubah menjadi Israel
pada layanan petanya, Google Maps, dikritik tajam dari para netizen, atau pengguna internet. Seruan untuk mengembalikan nama Palestina pun mengalir deras melalui petisi online, Change.org.
Seperti yang dilakukan netizen bernama Zak Martin, yang keberatan atas kebijakan Google.
Dalam tulisan berbahasa Inggris, Martin mendesak, agar perusahaan
teknologi itu segera meletakkan nama negara Palestina di tempat semula.
Dikutip dari petisinya pada Change.org, Martin heran kenapa Google
menghapus nama Palestina. Sebab, seperti diketahui, Israel adalah
negara yang berdiri di tanah Palestina. Namun, tak ada sedikit pun nama
Palestina muncul ketika mengarahkan Google Maps di wilayah itu.
"Ini masalah penting, seperti Google Maps yang saat ini dianggap
sebagai definitif orang-orang di seluruh dunia, termasuk jurnalis,
mahasiswa, dan lain-lain yang melakukan penelitian ke dalam situasi
Israel-Palestina," kata Martin.
Martin menilai, entah sengaja atau tidak, Google membuat kebijakan itu yang terlibat dalam pembersihan etnis Palestina oleh pemerintah Israel.
"Silakan bergabung dengan kami dalam menyerukan kepada Google
untuk mengakui Palestina di Google Maps, dan jelas menunjukkan dan
mengidentifikasikan wilayah Palestina yang secara ilegal diduduki oleh
Israel," seru Martin.
Sampai kini, petisi yang dibuat Martin yang ditujukkan langsung kepada Google mendapat dukungan 120 ribu tanda tangan dari 150 ribu target tanda tangan netizen yang dikampanyekannya.
Credit VIVA.co.id
Google Hapus Palestina di Google Maps
Google kemudian mengganti Palestina dengan Israel
Palestina menghilang di Google Maps (Motherboard)
Dikutip dari Middleeastmonitor, Jumat 5 Agustus 2016, dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis kemarin, forum jurnalis tersebut menuding keputusan Google menghapus nama Palestina dari Google Maps merupakan bagian dari skema Israel untuk membuat legitimasi negara zionis tersebut.
"Ini merupakan skema untuk membumikan nama Israel sebagai negara yang sah untuk generasi mendatang dan menghapus nama Palestina untuk selamanya," tulis pernyataan forum tersebut.
Forum itu menilai langkah penghapusan nama Palestina dari Google Maps itu dirancang untuk memutarbalikkan sejarah, geografi serta memalsukan hak rakyat Palestina atas tanah air mereka.
"Langkah ini merupakan upaya kegagalan untuk merusak memori rakyat Palestina, Arab dan Dunia," kata Forum itu.
Forum Jurnalis Palestina menegaskan, langkah Google itu bertentangan dengan semua norma dan konvensi internasional. Mereka menekankan Google harus menarik kembali perubahan nama Palestina dalam Google Maps tersebut.
Credit VIVA.co.id
Riwayat Blunder Google, Hapus Palestina Sampai Area India
Google sedang dihujat pengguna internet dunia.
Peta Palestina di Google Maps (Motherboard)
Google dituding sengaja memancing 'air keruh', dengan menghapuas nama Palestina di platform pemetaan Google.
Dikutip Tech Tree, Senin 8 Agustus 2016, protes penghapusan nama Palestina itu, kemudian melahirkan gerakan menuntut Google melalui petisi online di Change.org.
Petisi yang dibuat oleh Zak Martin itu, per Senin 8 Agustus 2016, telah menembus dikungan 120 ribu tanda tangan dari target 150 ribu tanda tangan netizen.
Blunder Google Maps terkait terotori kedaulatan negara, ternyata bukan pertama kali ini terjadi.
Pada awal Mei lalu, Google mendapat kritik keras dari India, menyusul penggambaran peta Kashmir dan Arunachal Pradesh di Google Maps.
Area Kashmir dan sebagian di Arunachal Pradesh sampai saat ini memang masih menjadi objek sengketa. Khusus Kashmir, menjadi sengketa antara India dan Pakistan.
Nah, saat pencarian Kashmir dilakukan pengguna internet di India, wilayah Kashmir masuk dalam teroriti Negeri Bollywood itu. Hal ini tentu memicu ketegangan.
Temuan pencarian kontroversial Kashir di Google Maps itu membuat otoritas India untuk merancang kebijakan geospasial, National Geospatial Policy (NGP 2016).
Sebab, jika tak diantisipasi bisa berakibat fatal, penggambaran keliru atas peta dan teritorial India bisa menyebabkan hubungan penjara hingga tujuh tahun dan denda 10 juta Rupee, atau Rp1,9 miliar.
Google tercatat juga pernah blunder dalam memetakan wilayah Nikaragua dan Kosta Rika. Pada 2010, berkat bantuan Google Maps, tentara Nikaragua menyeberangi perbatasan Kosta Rika dan kemudian mengganti bendera Kosta Rika dengan bendera Nikaragua.
Belakangan, dalam penyelidikan terungkap Google Maps memberikan informasi ke komandan pasukan Nikaragua bahwa wilayah yang diganti bendera itu adalah milik Nikaragua.
Selain Google, Facebook juga pernah blunder dalam menampilkan bendera Filipina dalam posisi terbalik, saat memperingati Hari Kemerdekaan Filipina, pertengahan Juni lalu.
Dalam aturan Filipina, penampilan bendera yang benar adalah warna biru di atas, warna merah di bagian bawah. Namun, pada banner itu, Facebook menempatkan secara terbalik, merah di atas dan biru di bawah.
Dalam hukum Filipina, menampilkan bendera dengan merah di atas dan biru di bawah berarti menempatkan Filipina dalam era perang. Sementara itu, dalam hukum itu, penampilan bendera dengan biru di atas dan merah di bawah merupakan penampilan bendera pada masa damai ,alias tidak perang.
Sontak blunder ini pun, melahirkan gelombang protes pengguna internet di Filipina. Meskipun Facebook sudah meminta maaf, namun saat itu tak langsung menyurutkan emosi netizen Filipina.
Credit VIVA.co.id