CB, JAKARTA -- Mantan kepala staf umum
(Kasum) TNI Letjen (Purn) Suryo Prabowo mengalami kejadian tidak
mengenakkan saat transit di Bandara Changi, Singapura, Rabu (17/8).
Suryo yang baru pulang dari Fiji dengan menggunakan maskapai Fiji
Airways FJ361 harus tertahan di Bandara Changi saat ingin mengambil
bagasi.
Dia tidak mengapa pihak Imigrasi Singapura sampai
memasukkan namanya ke dalam daftar hitam orang yang dilarang masuk ke
negeri jiran tersebut.Ketika diperiksa, kata dia, petugas juga tidak
menyampaikan mengapa bisa dimasukkan ke dalam daftar hitam, yang
berkonsekuensi dilarang masuk Singapura.
"Alasan black list tidak mereka sampaikan, yang mereka tanya juga tidak penting-penting amat, dapat nomor handphone, alamat email, dan saya berikan akun Facebook saya. Ketika mereka minta data pribadi saya, mereka saya minta ngeliat di Google dan akun Facebook saya," kata mantan wakil kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu kepada Republika.co.id, Rabu (17/8) malam WIB.
Suryo pun menceritakan kejadian saat yang menimpanya itu.
Ketika pukul 05.20 waktu Singapora, ia transit di Bandara Changi dan
keluar terminal untuk mengambil bagasi. Itu karena Suryo harus pindah
pesawat untuk kembali ke Jakarta demi dapat mengikuti acara 17-an di
kampung halaman. Suryo lahir di Kota Semarang, Jawa Tengah pada 15
Juni 1954.
"Saya dari Fiji ke Singapura (naik Fiji Airlines) FJ361,
dan dari Singapura ke Jakarta naik (Singapore Airlines) SQ952. Di Fiji
meninjau Kompi Zeni Kostrad yang sedang melaksakan operasi bantuan
kemanusiaan," kata dosen Universitas Pertahanan tersebut.
Suryo melanjutkan, di Imigrasi Singapura,
ia terkaget lantaran namanya masuk dalam daftar daftar hitam. Dia pun
ditanya panjang lebar oleh petugas selama satu jam lebih terkait
'riwayat hidup'. Suryo mengaku juga ditanya hubungannya dengan orang
yang tidak dikenalnya bernama Indra M.
Dia heran, setelah ditanya petugas Imigrasi Singapura,
tidak ada permintaan maaf yang keluar dari mereka, lantaran telah
menyita waktunya. "Setelah itu mereka cuma asyik berdiskusi sendiri lalu
mengembalikan paspor saya tanpa minta maaf, dan lalu saya melanjutkan
penerbangan saya ke Jakarta," ujar Suryo.
Mantan panglima Kodam Jaya itu menambahkan, "Udah itu saja ya,
cerita saya di hari proklamasi kemerdekaan Indonesia," kata Suryo dalam
catatannya di Facebook. Dia pun menegaskan, "O ya .... Kalau mau gak di black list seperti saya, teman-teman Facebook supaya unfollow saya. Dirgahayu Indonesia."Dikutip dari Wikipedia, Johannes Suryo Prabowo (lahir di Kota Semarang, Jawa Tengah, 15 Juni 1954; umur 62 tahun) adalah seorang tokoh militer dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia (1 April 2011-30 Juni 2012) dan Wakil Gubernur Timor Timur (1998). Perwira TNI AD korps Zeni ini adalah alumni AKABRI (sekarang Akmil) tahun 1976, dengan penghargaan Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama sebagai taruna lulusan terbaik.
Suryo menikah di Medan dengan Sri Hariaty br Pelawi, pada 30 Maret 1986. Keduanya adalah putra dan putri dari Prajurit TNI AD. Dari pernikahannya tersebut mereka dikaruniai dua putra: Petrus Paramayudo Prabowo yang lahir di Medan tahun 1988, dan Andreas Paramawidya Wisesa Prabowo yang dilahirkan di Ambon tahun 1992.
Dikarenakan dilahirkan dari keluarga yang berasal dari Madura, Solo, dan lalu menikah dengan wanita Batak Karo, yang semuanya memiliki budaya dan agama yang spesifik, kemudian dikarenakan sepanjang hidupnya telah bertugas hampir diseluruh pelosok Tanah Air, maka Suryo tumbuh menjadi sosok anak bangsa yang sangat mencintai pluralisme.
Karena itu, di setiap kesempatan dia senantiasa menyampaikan harapannya, agar Bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa dan agama, dapat hidup harmoni dalam keberagaman.
Sementara itu kecintaannya kepada anak-anak menjadikan Suryo sering menganjurkan kepada para orang tua, untuk tidak memaksakan anak-anaknya mengikuti berbagai pendidikan formal dan nonformal yang dipenuhi dengan banyak ancaman dan larangan, agar bisa menjadi seperti kehendak orang tua.
Fenomena pendidikan seperti ini menjadikan generasi muda Indonesia kehilangan kreativitas positifnya. Bagaimana pun juga, menurutnya anak-anak memiliki masa depan sendiri yang sangat sulit dimengerti oleh orang tua.
Setelah pada pada akhir tahun 1972 menyelesaikan pendidikan di SMA Pangudi Luhur 1 Jakarta, dengan prestasi pas-pasan saja, Suryo langsung mendaftarkan diri untuk menjadi Taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Selama berstatus Taruna Akabri pada tahun 1974 ditugaskan dalam ‘pertukaran taruna’ dengan Taruna dari RMC (Royal Military College) Duntroon, Australia.
Setelah menyelesaikan pendidikan di AKABRI dengan predikat terbaik, sebagaimana perwira lainnya dia mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai pendidikan/kursus spesialisasi, diantaranya seperti kursus spesialisasis Nubika (Nuklir Biologi dan Kimia), kursus penjinakan bahan peledak, kursus dasar para dan kursus pandu udara.
Sedangkan pendidikan lainnya adalah Suslapa, Seskoad dan Lemhanas KRA 14. Hampir seluruh pendidikan diselesaikan dengan predikat terbaik. Meski sering mengikuti latihan bersama negara sahabat, dan seminar di luar negeri, namun seluruh pendidikannya diperoleh di dalam negeri.
Credit REPUBLIKA.CO.ID