BRUSSELS
- Jenderal senior NATO, Denis Mercier, mengatakan bahwa para pemimpin
Barat terlalu lambat dalam membuat keputusan untuk melawan Rusia.
Mercier merupakan Kepala Komando Sekutu untuk Transformasi (ACT), salah
satu dari dua posisi militer di NATO.
Keluhan jenderal NATO
ini muncul setelah Moskow ditawari untuk kembali ke meja perundingan
sebagai upaya untuk meredakan ketegangan.
”Ini salah satu pelajaran dari Ukraina,” kata Jenderal Mercier kepada Financial Times.
”Tanggap cepat bergantung pada dua poin. Di sisi militer itu bergantung
pada kemampuan untuk beroperasi dengan sangat cepat. Tetapi (di sisi
lain) juga bergantung pada respon dalam keputusan politik,” lanjut dia,
yang dikutip Senin (8/8/2016).
Dia mengeluh karena kepala
negara-negara NATO gagal untuk bertindak secepat pasukan militer. ”Kita
dapat memiliki kekuatan siap untuk disebarkan dalam 24 jam, tetapi
mereka hanya akan melakukannya jika (Dewan Atlantik Utara) memberi
mereka perintah,” ujarnya.
Dewan Atlantik Utara (NAC) adalah
badan politik NATO yang bertugas membuat keputusan tentang pengerahan
pasukan, dan setiap usulan harus diambil dengan suara bulat.
Hubungan antara Rusia dan NATO telah memanas reunifikasi Crimea dengan
Rusia dan pecahnya krisis Ukraina pada tahun 2014. Meskipun Rusia
berulang kali membantah terlibat dalam konflik di Ukraina Timur, NATO
tetap menumpuk kekuatan militer besar-besaran di Eropa Timur.
Jenderal Mercier juga mengeluh pada kinerja pemimpin negara-negara NATO yang lambat merepons intelijen.
”Pada bulan Februari, menteri-menteri pertahanan NATO disajikan dengan
skenario hipotetis insiden di Lithuania, termasuk serangan cyber
pada infrastruktur kunci oleh Rusia dari pelabuhan Klaipeda, dan
kerusuhan yang dipentaskan oleh agen-agen yang terkait dengan Moskow,”
katanya.
Dengan data itu, pengambil keputusan politik
negara-negara NATO tidak bertindak, sehingga militer NATO tidak bisa
berbuat banyak untuk melawan Rusia.
Credit Sindonews