Foto: Dana Aditiasari
Saat ini, dirinya melalui PT ILTHABI Rekatama telah menanamkan modal ke produsen pesawat terbang lokal bernama PT Regio Aviasi Industri (RAI). RAI ini selanjutnya akan memproduksi pesawat penumpang bermesin turboprop, R-80.
"Kalau pesawat R-80 itu memang salah satu ide dari bapak (BJ Habibie) yang memang diteruskan di sini, karena dulu pada tahun 1990-an ada pesawat N-250 dan itu tidak jadi dituntaskan karena ada krismon (krisis ekonomi) ya," kata Ilham Habibie di WIEF, JCC Senayan, Jakarta, Rabu (3/8/2016).
Pengembangan R-80 dinilai sangat perlu karena industri pesawat terbang diperlukan untuk menyambungkan pulau dan daerah terpencil di Indonesia. Saat ini, penerbangan jarak pendek justru dipenuhi oleh pesawat pabrikan asing seperti ATR.
"Sayangnya kalau kita lihat di lapangan banyak sekali pesawat sejenis yang ada di lapangan, ratusan. Bahkan pasar terbesar di dunia untuk pesawat sejenis, jadi saya bicara pesawat baling-baling bukan jet, jadi sayang sekali kalau kita tidak manfaatkan, karena demand-nya ada di kita," ujarnya.
Ilham mengaku saat ini R-80 dalam tahap pengembangan. Pengembangan terus dilakukan. Ia masih optimistis purwarupa (prototype) burung besi karya insinyur Indonesia bisa diluncurkan di 2019.
"Sekarang masih dalam desain, tahun depan Insya Allah kita membuat prototype-nya, mulai membuat. Itu mungkin selesai tahun 2019 kemudian nanti kalau sudah selesai, dia akan melaksanakan, ada 2 produk type ada test flight, kurang lebih 2 tahun," jelasnya.
Terbang perdana akan dilakukan pada 2021 atau 2 tahun setelah peluncuran purwarupa. Saat sukses diterbangkan dan lolos sertifikasi, Ilham optimistis pesawat R-80 bisa terjual sampai ratusan unit.
"Jadi sebenarnya kita (targetnya) sudah menjual 155 pada 2021," tambahnya.
Credit detikfinance