Ilustrasi (dok.Thinsktock/Nadasa)
Temuan ini awalnya sudah terlacak sejak 27 November 2015 lalu, ketika pecahan meteorit meluncur dengan cepat ke permukaan Bumi dari antariksa.
Warga setempat di area William Creek dan Marree, Australia Selatan menyaksikan meteorit yang sedang jatuh. Kamera digital Desert Fireball Network (DFN) yang memonitor langit juga menyorotinya.
Batu meteorit yang ditemukan tim peneliti Curtin University
|
Setelah dilakukan analis citra dan teknik triangulasi, penelitian tersebut dimulai dari area di sekitar Kati Thanda-Lake Eyre pada akhir Desember 2015.
Tim peneliti DFN, Phil Bland dan Robert Howie dari Curtin University menjelajah area tersebut dengan bantuan drone nirawak dan pesawat kecil yang dikemudikan oleh manusia.
Setelah tiga hari, mereka menemukan batuan seberat 1,7 kilogram yang sudah dilapisi lumpur bergaram. Ukuran batuan ini 42 sentimeter.
Mengutip situs Science Alert, pecahan meteorit ini kemudian dipercaya berusia lebih dari 4,5 miliar tahun. Sementara Bumi sebagai planet yang dihuni oleh makhluk hidup tercatat berusia sekitar 4,54 miliar tahun.
Para peneliti juga meyakini, pecahan meteorit itu berasal dari Mars atau Jupiter. Mereka kini mulai menelitinya.
Tak hanya sebagai temuan geologis menarik yang bisa memberi informasi baru tentang asal-usul alam semesta, meteorit ini juga turut menyemangati pendiri skema kamera DFN.
"Meteorit ini sangat istimewa bagi kamera observasi yang mampu melacak proses jatuh dan mengkalkulasikan orbit sistem tata surya dari meteorit itu sendiri, sehingga menjadi acuan penelitian berikutnya di masa depan," ujar Bland.
Credit CNN Indonesia