Reaktor Sendai diaktifkan kembali pada pertengahan Agustus lalu. (Reuters/Kyodo)
Jepang memang perlahan-lahan kembali ke energi nuklir. Reaktor pertama telah diaktifkan pada pertengahan Agustus setelah dua tahun vakum. Aksi ini didukung Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan pelaku industri demi memangkas biaya bahan bakar meskipun publik Jepang menolaknya.
Namun analisis menunjukkan bahwa dari 42 reaktor lain yang ada di negara tersebut, hanya tujuh yang nampaknya akan kembali diaktifkan dalam beberapa tahun ke depan, turun dari 14 reaktor yang diprediksi dalam survei serupa tahun lalu.
Temuan tersebut didasari oleh data inspeksi reaktor dari lembaga pengawas Otoritas Regulasi Nuklir (NRA), putusan pengadilan dan wawancara dengan pemerintah lokal, serta pakar energi. Mereka juga menyebut bahwa ada sembilan reaktor yang kelihatannya tidak akan pernah kembali aktif, sementara takdir dari 26 sisanya belum jelas.
|
Persoalan legal
Tantangan hukum dari warga setempat menjadi pukulan bagi semua pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang. Kansai Electric Power, operator nuklir paling terpercaya di negara tersebut, tidak diperbolehkan mengaktifkan empat reaktornya oleh pengadilan walaupun dua diantaranya telah memperoleh persetujuan dari NRA.
Kansai telah mengajukan banding, tetapi akan butuh waktu bertahun-tahun untuk selesai bila banding pertama tidak dimenangkan.
Standar keamanan yang lebih berat dan implementasi aturan yang lebih ketat sejak tragedi Fukushima juga merupakan pukulan lainnya. Japan Atomic Power masih terus berjuang melawan putusan yang menyatakan salah satu reaktornya mesti dinonaktifkan karena berada di atas sesar aktif.
Selain itu, Kyushu Electric juga diminta memperlambat kerja reaktor Sendai No.1-nya setelah diaktifkan kembali pertengahan Agustus lalu karena masalah pada alat pemompa. Para insinyur memperingatkan bahwa menjalankan lagi reaktor yang sudah lama mati dapat memicu problem seperti itu.
Tetapi NRA memberikan peremajaan bagi unit-unit tua yang telah beroperasi di atas standar 40 tahun, seperti yang terjadi pada dua unit milik Kansai yang tengah diperiksa.
Credit CNN Indonesia