Kamis, 04 Juni 2015

Terminal Teluk Lamong, Gerbang Baru Berbisnis


 
 
CB, SurabayaPelabuhan penting sebagai pintu masuk dan keluar komoditas perdagangan baik antar pulau maupun antar negara. Berkat pelabuhan yang efektif, geliat ekonomi nasional pun makin melesat dan pada gilirannya mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Di dalam konteks itulah Terminal Teluk Lamong dibangun. Pelabuhan khusus kapal niaga di perbatasan Surabaya dengan Gresik ini menjadi pintu baru untuk menggenjot roda perekonomian nasional.

"Pelabuhan itu pintu gerbang, artinya semua berawal dari situ untuk membangun bisnis," ujar Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis PT Pelindo III, Rahmat Satria.

Sebagai contoh, Rahmat menyebut kegiatan bongkar muat pupuk. Pupuk yang datang melalui pelabuhan kemudian dikirim kepada petani. Berkat pupuk yang tiba tepat waktu, sawah dapat diolah tepat waktu dan padi yang dihasilkan pun maksimal.

"Bukan hanya itu, banyak komoditas lain yang penting buat kebutuhan hidup kita sehari-hari masuk dari pelabuhan," papar Rahmat.

Agar pasokan barang-barang tersebut tidak terlambat tiba dan harganya tetap terjangkau, maka pelabuhan pun harus efisien dan efektif. Sebab komponen biaya muat dan bongkat pun masuk dalam harga jual akhir produk barang yang bersangkutan.

Terminal Teluk Lamong yang pembangunan selesai pada pertengahan 2014 berdiri di atas lahan seluas 40 hektar. Sebanyak 1,5 Juta TEUs dapat ditampung dalam waktu bersamaan. Untuk memprosesnya diterapkan metode semi otomatis. Metode yang meminimalkan peran manusia di lapangan, baik untuk mengangkat barang dari kapal hingga menyusun dan mendatanya, terbukti mampu menekan biaya operasional serta mencegah kecelakaan kerja.

Efisiensi dalam operasional adalah keunggulan yang belum dimiliki oleh pelabuhan-pelabuhan besar lain di Indonesia. Ini merupakan potensi yang dapat ditawarkan kepada para pelaku usaha, eksportir dan importir, agar memproses barang melalui Terminal Teluk Lamong.

"Biasanya proses bongkar muat 22 box per jamnya, kini dengan semi otomati bisa 30 box per jam. Selain itu lebih safety, kalau safety tinggi maka produktivitas meningkat," pungkas Rahmat.

Terminal Teluk Lamong dibangun di perairan perbatasan antara Surabaya dengan Gresik. Berdiri di atas lahan 40 hektar yang sebagian besar di antaranya adalah lahan reklamasi, jumlah peti kemas yang dapat ditampung mencapai 1,5 Juta TEUs.

Bukan hanya peti kemas dan komoditas curah dapat diproses secara efisien di pelabuhan yang pembangunannya dimulai pada 2010 silam. Pelabuhan ini dibangun untuk mengantisipasi lonjakan beban bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan Tanjung Priok, Jakarta.




Credit Metrotvnews.com



Begini Kecanggihan Terminal Teluk Lamong


 
 
CB, Surabaya: Sejak tahap perencanaan, Terminal Teluk Lamong dirancang sebagai pelabuhan canggih, bahkan paling canggih di Indonesia. Berbeda dengan pelabuhan lain, di dermaganya akan sangat sedikit orang yang bisa kita temui.

Seluruh proses mengangkat peti kemas dari dan ke kapal ke dan dari truk dilakukan alat bernama Ship-to-shore crane (STS). "Bentuknya seperti portal yang bisa berjalan mengangkat dan memindahkan peti kemas dari truk ke lapangan dan lapangan ke truk" jelas Direktur Teknik dan Teknologi Informasi PT Pelindo 3, Husein Latief.

Crane itu terhubung dengan Terminal Operating System (TOS) yang memudahkan identifikasi status dan informasi setiap peti kemas secara real time. Sehingga dapat mencegah terjadinya kasus salah angkat peti kemas atau meletakkanya di kapal yang keliru.

"Semua prosesnya dikendalikan dari ruang kontrol utama. Tidak ada orang yang hilir mudik di lapangan, ini buat safety dan mencegah pungli," jelas Husein.

Bahkan truk yang dipakai untuk membawa unit peti kemas dari dan ke terminal bukan sembarangan. Truk yang dipakai semuanya berbahan bakar gas CNG. Sementara truk berbahan bakar diesel, hanya sampai di aeral tunggu di luar pagar dermaga.

Untuk memastikan semua peralatan canggih itu bekerja dengan baik, PT Pelindo III mensyaratkan uji coba yang ketat ke masing-masing produsen. Semuanya langkah kehati-hatiannya yang ketat sangat layak dilakukan mengingat tinggginya harapan kepada Terminal Teuk Lamong dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kita uji coba di Helsinski, Finlandia. Semua alat bergerak sendiri-sendiri tapi otaknya satu, di terminal operating system yang berbicara ke masing-masing alat untuk bergerak seperti pola yang berjalan di terminal peti kemas. Alat akan terus bekerja meski dalam kondisi hujan deras atau panas menyengat dan akurasi pendataannya sangat baik," papar Husein.

Uniknya ‘otak’  beroperasinya semua peralatan canggih ini adalah wanita.Seluruh anggota tim operator pelabuhan petikemas Terminal Teluk Lamong sengaja PT Pelindo III  serahkan kepada wanita.

"Mengoperasikan semua peralatan itu butuh ketelitian dan kesabaran. Wanita lebih telaten, beda dengan pria," jelas Dirut PT Pelindo III, Djarwo Surjanto tentang alasan pilihan tersebut.

Hanya mempekerjakan wanita sebagai operator control room berlaku pula di pelabuhan canggih lain di dunia. Termasuk proyek-proyek raksasa infrastruktur yang operatornya dituntut mampu berkonsentrasi penuh selama berjam-jam agar pekerjaannya presisi.

Terminal Teluk Lamong dibangun di perairan perbatasan antara Surabaya dengan Gresik. Berdiri di atas lahan 40 hektar yang sebagian besar di antaranya adalah lahan reklamasi, jumlah peti kemas yang dapat ditampung mencapai 1,5 Juta TEUs.

Bukan hanya peti kemas, komoditas curah dan gas dapat diproses secara efisien di pelabuhan yang pembangunannya dimulai pada 2010 silam. Pelabuhan ini dibangun untuk mengantisipasi lonjakan beban bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan Tanjung Priok, Jakarta.




 Credit  Metrotvnews.com