KAIRO (CB) – 10 Juni 1947 merupakan hari bersejarah bagi
bangsa Indonesia. Pada saat itu untuk pertama kalinya Indonesia
mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari dunia melalui Mesir.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, secara diplomatik Indonesia dihadapkan pada sebuah permasalahan besar. Negara mana yang mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, pada awalnya tidak ada negara yang mengakui proklamasi tersebut.
Akibatnya, Indonesia kembali berada di bawah pengaruh Belanda dengan membonceng Tentara Inggris setelah Perang Dunia II. Hal inilah yang menyebabkan bentrokan terjadi antara rakyat Indonesia dengan pasukan Belanda dan Inggris.
Namun, perjuangan fisik tanpa dibarengi oleh diplomasi hanya menyebabkan Indonesia tidak mendapatkan dukungan dari dunia. Hal itu mulai ada secercah harapan dengan diadakannya Perundingan Linggarjati pada November 1946.
Sayangnya Perundingan Linggarjati tidak bersifat permanen. Pelanggaran demi pelanggaran terus terjadi sehingga menyebabkan perundingan tersebut batal. Beruntung, Perundingan Linggarjati mendapatkan perhatian dari Mesir.
Mesir merupakan negara yang sangat menaruh perhatian kepada Indonesia karena merupakan sesama negara muslim. Bentuk keseriusan Mesir terjadi pada Maret 1947,Konsul Jenderal Mesir di Mumbai India, Muhammad Abdul Mun’im menemui Presiden Soekarno di Yogyakarta (Ibu Kota Indonesia saat itu).
Kedatangan Mun’im untuk menjelaskan jika sebagian besar rakyat Mesir yang dimotori kelompok Ikhwanul Muslimin menyatakan dukungannya atas kemerdekaan Indonesia. Hanya saja, perwakilan Indonesia harus datang ke Mesir untuk menghadap pemerintahnya.
Presiden Soekarno pun menyambutnya. Ia pun langsung mengutus Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim untuk berkunjung ke Mesir. Rombongan pun berangkat ke Mesir pada April 1947.
Namun, Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim baru bisa bertemu dengan Perdana Menteri Mesir Nokrashi Pasha, pada 10 Juni 1947 di kantornya.
Setelah melakukan serangkaian pembicaraan, akhirnya Pemerintah Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia melalui sebuah perjanjian persahabatan yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim dengan Perdana Menteri Nokrashi Pasha.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, secara diplomatik Indonesia dihadapkan pada sebuah permasalahan besar. Negara mana yang mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, pada awalnya tidak ada negara yang mengakui proklamasi tersebut.
Akibatnya, Indonesia kembali berada di bawah pengaruh Belanda dengan membonceng Tentara Inggris setelah Perang Dunia II. Hal inilah yang menyebabkan bentrokan terjadi antara rakyat Indonesia dengan pasukan Belanda dan Inggris.
Namun, perjuangan fisik tanpa dibarengi oleh diplomasi hanya menyebabkan Indonesia tidak mendapatkan dukungan dari dunia. Hal itu mulai ada secercah harapan dengan diadakannya Perundingan Linggarjati pada November 1946.
Sayangnya Perundingan Linggarjati tidak bersifat permanen. Pelanggaran demi pelanggaran terus terjadi sehingga menyebabkan perundingan tersebut batal. Beruntung, Perundingan Linggarjati mendapatkan perhatian dari Mesir.
Mesir merupakan negara yang sangat menaruh perhatian kepada Indonesia karena merupakan sesama negara muslim. Bentuk keseriusan Mesir terjadi pada Maret 1947,Konsul Jenderal Mesir di Mumbai India, Muhammad Abdul Mun’im menemui Presiden Soekarno di Yogyakarta (Ibu Kota Indonesia saat itu).
Kedatangan Mun’im untuk menjelaskan jika sebagian besar rakyat Mesir yang dimotori kelompok Ikhwanul Muslimin menyatakan dukungannya atas kemerdekaan Indonesia. Hanya saja, perwakilan Indonesia harus datang ke Mesir untuk menghadap pemerintahnya.
Presiden Soekarno pun menyambutnya. Ia pun langsung mengutus Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim untuk berkunjung ke Mesir. Rombongan pun berangkat ke Mesir pada April 1947.
Namun, Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim baru bisa bertemu dengan Perdana Menteri Mesir Nokrashi Pasha, pada 10 Juni 1947 di kantornya.
Setelah melakukan serangkaian pembicaraan, akhirnya Pemerintah Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia melalui sebuah perjanjian persahabatan yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim dengan Perdana Menteri Nokrashi Pasha.
Credit Okezone