Total setiap kru kapal diberi uang AUD$5.000 atau Rp51 juta.
Poster menentang kebijakan pencari suaka Australia. (Reuters/Daniel Munoz)
CB - Pejabat berwenang Australia dilaporkan membayar ribuan dolar kepada kapten dan kru sebuah kapal yang membawa para pencari suaka yang didorong balik ke perairan Indonesia. Total, enam kru kapal diberikan uang senilai AUD$30 ribu atau setara Rp309 juta agar bersedia membawa kembali 65 pencari suaka yang datang dari beberapa negara itu.
Padahal, di dalam kapal tersebut terdapat satu pencari suaka yang tengah hamil dan anak-anak.
Harian Australia, Sydney Morning Herald (SMH), Rabu, 10
Juni 2015 melansir, informasi itu diperoleh dari Kepala Polisi di Rote,
Hidayat. Menurut dia, informasi ini terbongkar dari kapten kapal dan kru
yang telah ditahan.
Hidayat mengatakan, kapten kapal yang bernama Yohanes diberikan
uang oleh pejabat perbatasan dan bea cukai bernama Agus. Dia fasih
berbicara dalam Bahasa Indonesia. Pengakuan Yohanes turut dibenarkan
oleh anggota kru kapal lainnya.
"Saya melihat uangnya, masing-masing kru diberikan AUD$5.000 atau
setara Rp51 juta. Uang tersebut diberikan dalam bentuk pecahan AUD$100,"
papar Yohanes.
Total, uang AUD$30 ribu itu dibungkus di dalam enam tas plastik berwarna hitam.
Sementara, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Pemerintah
Selandia Baru dan ditandatangani oleh 65 pencari suaka di kapal tertulis
pejabat berwenang Australia telah membayar enam kru kapal dengan
bayaran masing-masing AUD$7.000 atau Rp72 juta.
"Kemudian mereka membawa kapal kami dan memberikan kami dua kapal
kecil serta beberapa makanan kering seperti biskuit dan cokelat. Mereka
juga memberikan kami sedikit bahan bakar, sekitar 200 liter yang cukup
untuk digunakan selama empat hingga lima jam perjalanan," kata para
pencari suaka di surat itu.
Salah seorang pengungsi asal Bangladesh yang turut ada di kapal,
Nazmul Hassan, mengaku melihat dengan matanya, nakhoda kapal menyimpan
uang di sakunya. Hassan mengatakan, sebelumnya para kru mengatakan
kepada pejabat Australia, mereka tak bisa kembali ke Indonesia, karena
akan dibui karena dianggap melakukan tindak penyelundupan.
Tetapi, tiba-tiba pikiran mereka berubah. Nakhoda meminta agar
seluruh kru kembali ke Indonesia dan Australia akan membayar untuk para
pencari suaka," papar Hassan.
Sementara para pencari suaka tak sempat mengatakan apa pun, karena
kru kapal tak memiliki kesempatan untuk berbicara. Kapal para pencari
suaka kemudian terdampar di tepi laut dan menabrak batu-batu dekat
dengan Pulau Landuti di bagian barat Pulau Rote, 500 kilometer dari tepi
pantai timur laut Australia.
Bantah Bayar
Menteri Imigrasi dan Perbatasan Australia, Peter Dutton, membantah
aksi pemberian uang itu, kendati dia tak merincinya. Sementara, jubir
Departemen Imigrasi menolak untuk berkomentar mengenai detail operasi
perbatasan.
"Sebab, hasil operasi ini bisa berpengaruh terhadap masa depan operasi," kata jubir tersebut.
Mantan petinggi di Departemen Inggris, Peter Hughes, yang kini
bekerja di Universitas Nasional Australia, mengatakan ini baru kali
pertama terdengar.
"Saya belum pernah mendengar perbuatan (membayar kru kapal penyelundup manusia) semacam ini sebelumnya," kata Hughes.
Menurut para pencari suaka, mereka berlayar menuju ke Selandia Baru
pada 5 Mei usai tinggal di Indonesia selama beberapa bulan. Tetapi,
belum tiba di sana, kapal mereka dicegat oleh petugas perbatasan
Australia pada 17 Mei
Credit VIVA.co.id