Kamis, 11 Juni 2015

Australia Bayar Kru Kapal untuk Bawa Pencari Suaka ke RI?

Total setiap kru kapal diberi uang AUD$5.000 atau Rp51 juta.

Australia Bayar Kru Kapal untuk Bawa Pencari Suaka ke RI?
Poster menentang kebijakan pencari suaka Australia. (Reuters/Daniel Munoz)

CB - Pejabat berwenang Australia dilaporkan membayar ribuan dolar kepada kapten dan kru sebuah kapal yang membawa para pencari suaka yang didorong balik ke perairan Indonesia. Total, enam kru kapal diberikan uang senilai AUD$30 ribu atau setara Rp309 juta agar bersedia membawa kembali 65 pencari suaka yang datang dari beberapa negara itu.
Padahal, di dalam kapal tersebut terdapat satu pencari suaka yang tengah hamil dan anak-anak.
Harian Australia, Sydney Morning Herald (SMH), Rabu, 10 Juni 2015 melansir, informasi itu diperoleh dari Kepala Polisi di Rote, Hidayat. Menurut dia, informasi ini terbongkar dari kapten kapal dan kru yang telah ditahan. 

Hidayat mengatakan, kapten kapal yang bernama Yohanes diberikan uang oleh pejabat perbatasan dan bea cukai bernama Agus. Dia fasih berbicara dalam Bahasa Indonesia. Pengakuan Yohanes turut dibenarkan oleh anggota kru kapal lainnya. 

"Saya melihat uangnya, masing-masing kru diberikan AUD$5.000 atau setara Rp51 juta. Uang tersebut diberikan dalam bentuk pecahan AUD$100," papar Yohanes. 

Total, uang AUD$30 ribu itu dibungkus di dalam enam tas plastik berwarna hitam. 

Sementara, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Pemerintah Selandia Baru dan ditandatangani oleh 65 pencari suaka di kapal tertulis pejabat berwenang Australia telah membayar enam kru kapal dengan bayaran masing-masing AUD$7.000 atau Rp72 juta. 

"Kemudian mereka membawa kapal kami dan memberikan kami dua kapal kecil serta beberapa makanan kering seperti biskuit dan cokelat. Mereka juga memberikan kami sedikit bahan bakar, sekitar 200 liter yang cukup untuk digunakan selama empat hingga lima jam perjalanan," kata para pencari suaka di surat itu. 

Salah seorang pengungsi asal Bangladesh yang turut ada di kapal, Nazmul Hassan, mengaku melihat dengan matanya, nakhoda kapal menyimpan uang di sakunya. Hassan mengatakan, sebelumnya para kru mengatakan kepada pejabat Australia, mereka tak bisa kembali ke Indonesia, karena akan dibui karena dianggap melakukan tindak penyelundupan. 

Tetapi, tiba-tiba pikiran mereka berubah. Nakhoda meminta agar seluruh kru kembali ke Indonesia dan Australia akan membayar untuk para pencari suaka," papar Hassan. 

Sementara para pencari suaka tak sempat mengatakan apa pun, karena kru kapal tak memiliki kesempatan untuk berbicara. Kapal para pencari suaka kemudian terdampar di tepi laut dan menabrak batu-batu dekat dengan Pulau Landuti di bagian barat Pulau Rote, 500 kilometer dari tepi pantai timur laut Australia. 

Bantah Bayar

Menteri Imigrasi dan Perbatasan Australia, Peter Dutton, membantah aksi pemberian uang itu, kendati dia tak merincinya. Sementara, jubir Departemen Imigrasi menolak untuk berkomentar mengenai detail operasi perbatasan. 

"Sebab, hasil operasi ini bisa berpengaruh terhadap masa depan operasi," kata jubir tersebut. 

Mantan petinggi di Departemen Inggris, Peter Hughes, yang kini bekerja di Universitas Nasional Australia, mengatakan ini baru kali pertama terdengar. 

"Saya belum pernah mendengar perbuatan (membayar kru kapal penyelundup manusia) semacam ini sebelumnya," kata Hughes. 

Menurut para pencari suaka, mereka berlayar menuju ke Selandia Baru pada 5 Mei usai tinggal di Indonesia selama beberapa bulan. Tetapi, belum tiba di sana, kapal mereka dicegat oleh petugas perbatasan Australia pada 17 Mei


Credit  VIVA.co.id