London (CB) - Perdana Menteri Theresa May menghadapi
seruan untuk berhenti pada Jumat, setelah pertaruhan pemilihan umum yang
dia gelar untuk memenangkan mandat yang lebih kuat menjadi bumerang,
dan membuat politik Inggris kacau serta berpotensi menunda dimulainya
perundingan Brexit.
Dengan tidak adanya
pemenang jelas dari pemungutan suara Kamis, May berjanji menghadirkan
stabilitas, sementara saingannya dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn,
mengatakan May harus mengundurkan diri.
Prediksi terbaru BBC menyebutkan Partai Konservatif May akan memenangkan 318 dari 650 kursi House of Commons,
kurang delapan dari mayoritas, sementara oposisi sayap kiri Partai
Buruh akan memperoleh 267 - menghasilkan sebuah "parlemen
menggantung"--dimana tidak ada partai yang menduduki mayoritas kursi
dalam parlemen-- dan potensi jalan buntu.
Sky News juga memperkirakan May kehilangan mayoritasnya dengan memperoleh antara 315 hingga 325 kursi.
"Parlemen yang menggantung adalah hasil terburuk dari perspektif pasar karena ini menciptakan lapisan ketidakpastian menjelang perundingan Brexit dan memecah apa yang sudah pendek batas waktunya untuk mengamankan kesepakatan untuk Inggris," kata Craig Erlam, analis dari perusahaan pialang Oanda di London.
"Parlemen yang menggantung adalah hasil terburuk dari perspektif pasar karena ini menciptakan lapisan ketidakpastian menjelang perundingan Brexit dan memecah apa yang sudah pendek batas waktunya untuk mengamankan kesepakatan untuk Inggris," kata Craig Erlam, analis dari perusahaan pialang Oanda di London.
Di tengah
kerumitan pembicaraan mengenai kepergian Inggris dari Uni Eropa yang
dijadwalkan mulai hanya dalam 10 hari, ada ketidakpastian mengenai siapa
yang akan membentuk pemerintahan berikutnya dan memberikan arahan
fundamental terkait Brexit.
"Pada saat ini,
lebih dari apa pun negara ini memerlukan periode stabilitas," kata May
yang berwajah muram setelah memenangkan kursi parlemennya di Maidenhead,
tenggara Inggris.
"Jika ... Partai Konservatif
telah memenangkan kursi paling banyak dan mungkin suara paling banyak,
maka akan menjadi kewajiban kita untuk memastikan bahwa kita memiliki
periode stabilitas dan itulah yang akan kita lakukan," katanya
sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
Sementara
Corbyn, setelah memenangi kursi di London utara, mengatakan usaha May
untuk memenangkan mandat yang lebih besar telah menjadi bumerang.
"Mandat
yang dia dapatkan hilang dari kursi Konservatif, kehilangan suara,
kehilangan dukungan dan kehilangan kepercayaan diri," kata Corbyn.
"Saya
akan berpikir bahwa cukup bagi dia untuk pergi, sebenarnya, dan memberi
jalan bagi pemerintahan yang akan benar-benar mewakili semua orang di
negara ini," ujarnya.
Alih-alih, dia mengambil risiko keluar dengan aib setelah hanya 11 bulan di No.10 Downing Street, yang akan menjadi masa jabatan tersingkat bagi perdana menteri di negara itu dalam hampir satu abad.
May, tujuh pekan lalu, secara
mengejutkan meminta penyelenggaraan pemilihan umum yang lebih awal dari
seharusnya, dan yakin itu bisa meningkatkan mayoritas yang dia warisi
dari pendahulunya David Cameron sebelum meluncur ke dalam perundingan
Brexit, demikian Reuters.
Credit antaranews.com
Pemimpin oposisi Inggris minta Theresa May mundur
Jakarta (CB) - Pemimpin Partai Buruh Inggris Jeremy
Corbyn mengatakan bahwa sudah saatnya Perdana Menteri Theresa May mundur
setelah hasil pemilihan menunjukkan dia telah kehilangan suara,
dukungan dan kepercayaan para pemilih.
"Pemilu ini digelar agar perdana menteri mendapatkan mayoritas besar agar dia bisa menegaskan kewibawaannya," katanya di London.
"Jika
ada pesan dari hasil malam ini, ini dia: Perdana Menteri memanggil
pemilihan ini karena dia menginginkan sebuah mandat," kata Corbyn.
"Amanat
yang dia dapatkan, hilang dari kursi Konservatif, kehilangan suara,
kehilangan dukungan dan kehilangan kepercayaan diri."
"Saya
akan berpikir itu cukup bagi dia untuk pergi, dan memberi jalan bagi
pemerintah yang akan benar-benar mewakili semua orang di negara ini,"
ujar Corbyn, seperti dilansir dari Kantor Berita Reuters.
Credit antaranews.com