Jumat, 09 Juni 2017

Masa depan Theresa May dalam ketidakpastian


Masa depan Theresa May dalam ketidakpastian
Dokumentasi Perdana Menteri Inggris Theresa May bersiap untuk berbicara kepada media di luar 10 Downing Streetm di pusat London, Inggris, Selasa (18/4/2017). (REUTERS/Stefan Wermuth )



London (CB) - Perdana Menteri Theresa May menghadapi seruan untuk berhenti pada Jumat, setelah pertaruhan pemilihan umum yang dia gelar untuk memenangkan mandat yang lebih kuat menjadi bumerang, dan membuat politik Inggris kacau serta berpotensi menunda dimulainya perundingan Brexit.

Dengan tidak adanya pemenang jelas dari pemungutan suara Kamis, May berjanji menghadirkan stabilitas, sementara saingannya dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan May harus mengundurkan diri.
Prediksi terbaru BBC menyebutkan Partai Konservatif May akan memenangkan 318 dari 650 kursi House of Commons, kurang delapan dari mayoritas, sementara oposisi sayap kiri Partai Buruh akan memperoleh 267 - menghasilkan sebuah "parlemen menggantung"--dimana tidak ada partai yang menduduki mayoritas kursi dalam parlemen-- dan potensi jalan buntu.

Sky News juga memperkirakan May kehilangan mayoritasnya dengan memperoleh antara 315 hingga 325 kursi.

"Parlemen yang menggantung adalah hasil terburuk dari perspektif pasar karena ini menciptakan lapisan ketidakpastian menjelang perundingan Brexit dan memecah apa yang sudah pendek batas waktunya untuk mengamankan kesepakatan untuk Inggris," kata Craig Erlam, analis dari perusahaan pialang Oanda di London.

Di tengah kerumitan pembicaraan mengenai kepergian Inggris dari Uni Eropa yang dijadwalkan mulai hanya dalam 10 hari, ada ketidakpastian mengenai siapa yang akan membentuk pemerintahan berikutnya dan memberikan arahan fundamental terkait Brexit.

"Pada saat ini, lebih dari apa pun negara ini memerlukan periode stabilitas," kata May yang berwajah muram setelah memenangkan kursi parlemennya di Maidenhead, tenggara Inggris.

"Jika ... Partai Konservatif telah memenangkan kursi paling banyak dan mungkin suara paling banyak, maka akan menjadi kewajiban kita untuk memastikan bahwa kita memiliki periode stabilitas dan itulah yang akan kita lakukan," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
Sementara Corbyn, setelah memenangi kursi di London utara, mengatakan usaha May untuk memenangkan mandat yang lebih besar telah menjadi bumerang.

"Mandat yang dia dapatkan hilang dari kursi Konservatif, kehilangan suara, kehilangan dukungan dan kehilangan kepercayaan diri," kata Corbyn.

"Saya akan berpikir bahwa cukup bagi dia untuk pergi, sebenarnya, dan memberi jalan bagi pemerintahan yang akan benar-benar mewakili semua orang di negara ini," ujarnya.

Alih-alih, dia mengambil risiko keluar dengan aib setelah hanya 11 bulan di No.10 Downing Street, yang akan menjadi masa jabatan tersingkat bagi perdana menteri di negara itu dalam hampir satu abad.
May, tujuh pekan lalu, secara mengejutkan meminta penyelenggaraan pemilihan umum yang lebih awal dari seharusnya, dan yakin itu bisa meningkatkan mayoritas yang dia warisi dari pendahulunya David Cameron sebelum meluncur ke dalam perundingan Brexit, demikian Reuters.


Credit  antaranews.com





Pemimpin oposisi Inggris minta Theresa May mundur

 
Pemimpin oposisi Inggris minta Theresa May mundur
Ketua Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn (REUTERS/Toby Melville )


Jakarta (CB) - Pemimpin Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn mengatakan bahwa sudah saatnya Perdana Menteri Theresa May mundur setelah hasil pemilihan menunjukkan dia telah kehilangan suara, dukungan dan kepercayaan para pemilih.

"Pemilu ini digelar agar perdana menteri mendapatkan mayoritas besar agar dia bisa menegaskan kewibawaannya," katanya di London.

"Jika ada pesan dari hasil malam ini, ini dia: Perdana Menteri memanggil pemilihan ini karena dia menginginkan sebuah mandat," kata Corbyn.

"Amanat yang dia dapatkan, hilang dari kursi Konservatif, kehilangan suara, kehilangan dukungan dan kehilangan kepercayaan diri."

"Saya akan berpikir itu cukup bagi dia untuk pergi, dan memberi jalan bagi pemerintah yang akan benar-benar mewakili semua orang di negara ini," ujar Corbyn, seperti dilansir dari Kantor Berita Reuters.






Credit  antaranews.com