Selasa, 19 Juli 2016

Filipina Tolak Tawaran China untuk Dialog Laut Sengketa

 
Filipina Tolak Tawaran China untuk Dialog Laut Sengketa  
Filipina menolak tawaran tersebut karena China ingin agar perundingan itu tidak menyinggung hasil pengadilan arbitrase di Den Haag. (Reuters/Nguyen Minh/File Photo)
 
Jakarta, CB -- Pemerintah Filipina menolak tawaran China untuk memulai perundingan terkait saling klaim di Laut China Selatan. Alasannya, China ingin agar perundingan itu tidak menyinggung hasil pengadilan arbitrase permanen di Den Haag.

Diberitakan Reuters, Senin (18/7), Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan tawaran tersebut disampaikan oleh Menlu China Wang Yi dalam pertemuan di sela KTT Asia-Eropa akhir pekan lalu.

Beijing sebelumnya menolak keras keputusan pengadilan arbitrase internasional di Den Haag, Belanda, yang mengatakan klaim China di laut sengketa yang termaktub dalam sembilan garis putus, atau nine-dash line, tidak sah. China menyatakan tidak peduli pada keputusan itu dan tetap akan mengklaim Laut China Selatan.

"Mereka mengatakan, jika Filipina bersikeras dengan keputusan itu, berdiskusi berdasarkan keputusan tersebut, maka akan terjadi konfrontasi," kata Yasay.

Yasay mengatakan Yi mengajukan perundingan bilateral terkait masalah tersebut, namun pembicaraan nanti "di luar keputusan arbitrase". Filipina, kata Yasay, menolak tawaran itu karena tidak sesuai dengan kepentingan nasional mereka.

Keputusan arbitrase Den Haag menunjukkan bahwa China telah melanggar hukum internasional dan merusak ekosistem laut di perairan yang kaya minyak dan gas itu dengan melakukan reklamasi daratan.

Selain itu, keberadaan China di perairan itu mengancam keberadaan kapal nelayan. Filipina memprotes kapal patroli China yang mengusir perahu nelayan mereka di daerah Scarborough Shoal.

Wilayah yang merupakan jalur perdagangan senilai lebih dari US$5 triliun itu diklaim oleh China, Filipina, Taiwan, Vietnam, Malaysia dan Brunei.

Yasay berharap keputusan pengadlian arbitrase akan memicu negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk menekan China dengan mengeluarkan pernyataan bersama.

"Kami belum melakukan pertemuan bilateral dengan siapa pun. Tapi saya ingin melihat apakah kami bisa membuat kesepakatan tertentu yang bisa membuka perundingan bilateral atau multilateral jika diperlukan," kata Yasay.



Credit  CNN Indonesia