Filipina menolak tawaran tersebut
karena China ingin agar perundingan itu tidak menyinggung hasil
pengadilan arbitrase di Den Haag. (Reuters/Nguyen Minh/File Photo)
Diberitakan Reuters, Senin (18/7), Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan tawaran tersebut disampaikan oleh Menlu China Wang Yi dalam pertemuan di sela KTT Asia-Eropa akhir pekan lalu.
"Mereka mengatakan, jika Filipina bersikeras dengan keputusan itu, berdiskusi berdasarkan keputusan tersebut, maka akan terjadi konfrontasi," kata Yasay.
Yasay mengatakan Yi mengajukan perundingan bilateral terkait masalah tersebut, namun pembicaraan nanti "di luar keputusan arbitrase". Filipina, kata Yasay, menolak tawaran itu karena tidak sesuai dengan kepentingan nasional mereka.
Keputusan arbitrase Den Haag menunjukkan bahwa China telah melanggar hukum internasional dan merusak ekosistem laut di perairan yang kaya minyak dan gas itu dengan melakukan reklamasi daratan.
Selain itu, keberadaan China di perairan itu mengancam keberadaan kapal nelayan. Filipina memprotes kapal patroli China yang mengusir perahu nelayan mereka di daerah Scarborough Shoal.
Wilayah yang merupakan jalur perdagangan senilai lebih dari US$5 triliun itu diklaim oleh China, Filipina, Taiwan, Vietnam, Malaysia dan Brunei.
Yasay berharap keputusan pengadlian arbitrase akan memicu negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk menekan China dengan mengeluarkan pernyataan bersama.
"Kami belum melakukan pertemuan bilateral dengan siapa pun. Tapi saya ingin melihat apakah kami bisa membuat kesepakatan tertentu yang bisa membuka perundingan bilateral atau multilateral jika diperlukan," kata Yasay.
Credit CNN Indonesia