Putra Gaddafi, Saif al-Islam, dan
delapan mantan pejabat rezim Gaddafi atas kejahatan perang selama masa
revolusi Libya yang menggulingkan Gaddafi dari tampuk pemerintahan pada
2011 lalu. (Dok. Youtube)
Dilaporkan Reuters, video ini diunggah ke situs YouTube sepekan setelah pengadilan Tripoli menjatuhkan hukuman mati terhadap putra Gaddafi lainnya, Saif al-Islam, dan delapan mantan pejabat rezim Gaddafi atas kejahatan perang selama masa revolusi Libya yang menggulingkan Gaddafi dari tampuk pemerintahan pada 2011 lalu.
Pada masa itu, Gaddafi ditangkap, dan kemudian dibunuh oleh pemberontak.
Video tersebut memperlihatkan bahwa sejumlah petugas penjara memukul Saadi, 42, yang diekstradisi ke Libya oleh Niger tahun lalu. Sejak itu, Saadi ditahan di sebuah penjara di Tripoli dan menghadapi tuntutan atas pembunuhan seorang pemain sepak bola ketika ia mengepalai Federasi Sepakbola Libya, serta sejumlah kejahatan lainnya.
Dalam video tersebut, Saadi terlihat dipukuli di bagian wajah saat diinterogasi. Saadi juga terlihat diminta untuk mengangkat kakinya dengan sebuah alat, dengan kepalanya berada di bawah. Telapak kaki Saadi kemudian dipukul oleh tongkat. Suara teriakan Saadi terdengar jelas di dalam video.
Tak hanya itu, Saadi kemudian dipaksa untuk mendengarkan dan menonton para tahanan yang berteriak karena dipukuli di luar ruangan tersebut.
Hingga saat ini, belum ada pihak yang dapat memverifikasi keaslian video ini.
|
Penyidik Tripoli menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penyelidikan telah diluncurkan untuk mengidentifikasi para penjaga dan "mengambil tindakan hukum yang diperlukan terhadap mereka."
Pekan lalu putusan pengadilan terhadap Saif al-Islam dilakukan secafra in absentia karena yang bersangkutan telah empat tahun ditahan oleh mantan pemberontak di wilayah Zintan, yang tidak tunduk pada pemerintahan pusat di Tripoli
Mantan pejabat rezim Gaddafi lainnya dijatuhi hukuman mati, dengan cara eksekusi tembak mati, termasuk mantan kepala intelijen Abdullah al-Senussi dan mantan perdana menteri Baghdadi al-Mahmoudi.
Sejumlah kelompok HAM menyatakan bahwa pengadilan ini penuh dengan kelemahan hukum.
Saat ini, Libya berada dalam kekacauan, dengan dua faksi yang bertentangan mengklaim menjalankan pemerintahan. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kelompok militan ISIS untuk menyebarkan idealisme mereka.
Credit CNN Indonesia