Sumber Reuters mengatakan ketegangan
antara Presiden Thein Sein dan pemimpin partai yang berkuasa, Shwe Mann,
telah meningkat terkait pemilihan kandidat untuk pemilihan umum pada
November mendatang. (Reuters/Soe Zeya Tun)
Beberapa truk tentara dan polisi tiba di lokasi itu di sekitar pukul 10 Rabu malam.
"Kami belum diizinkan untuk bergerak dari sini sejak kemarin malam,” kata salah satu anggota partai, Kamis (13/8).
Sumber Reuters mengatakan ketegangan antara Presiden Thein Sein dan pemimpin partai yang berkuasa, Shwe Mann, telah meningkat terkait pemilihan kandidat untuk pemilihan umum pada November mendatang.
Juru bicara pemerintah tidak bisa dimintai komentar mengenai insiden ini.
USDP terdiri dari sebagian besar mantan perwira militer dan terbentuk dari gerakan sosial yang diinisiasi oleh mantan junta militer.
Baik Thein Sein dan Shwe Mann telah memberi indikasi bahwa mereka akan menerima jabatan presiden setelah pemilihan parlemen mendatang.
Namun junta militer yang telah memerintah Myanmar selama 49 tahun mempertahankan hak veto mereka dalam sistem politik. Militer juga telah menolak berbagai upaya untuk mengamandemen konstitusi Myanmar guna melonggarkan cengkeraman mereka.
Konstitusi menentukan 25 persen kursi untuk perwira militer di parlemen tanpa pemilihan. Usulan perubahan konstitusi membutuhkan dukungan minimal 75 persen dari anggota parlemen, dan ini membuat militer memiliki veto atas usulan perubahan apapun.
Sebelumnya pada Juni, sebuah amandemen berisi usulan penurunan ambang batas dukungan menjadi 70 persen, namun gagal lolos di parlemen.
Pemenang Nobel dan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi menyerukan berulang kali bagi militer untuk menarik diri dari politik Myanmar.
Credit CNN Indonesia