Rabu, 10 Juni 2015

Turki tarik dubes dari Brasil karena akui genosida armenia


Istanbul (CB) - Turki menyatakan telah memanggil duta besarnya untuk Brasil guna mengadakan konsultasi setelah senat negara di Amerika Latin itu mengesahkan undang-undang yang mengakui pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh pasukan Utsmaniyah (Ottoman) dalam Perang Dunia I sebagai genosida.

Senat Brasil mengesahkan resolusi itu pada 2 Juni, dan bergabung bersama lebih 20 negara lainnya yang secara resmi mengakui pembunuhan massal orang-orang Armenia sejak 1915 sebagai pemusnahan suku bangsa.

Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan Senin malam bahwa pihaknya telah memanggil pulang Dubes Turki untuk Brasil Huseyin Dirioz ke Ankara.

Ia mengatakan, resolusi itu "menyimpangkan fakta-fakta sejarah dan mengabaikan hukum".

"Keputusan politik dari hal ini, yang diambil karena pengaruh lobi Armenia, tidak dapat mengubah fakta-fakta sejarah maupun norma hukum," kata kementerian itu dalam satu pernyataanya yang dikirim lewat surat elektronik.

Kemlu Turki juga mengatakan memanggil duta besar Brasil untuk Turki pada 3 Juni menuntut penjelasan atas isu itu,

Armenia dan diaspora Armenia menyatakan hingga 1,5 juta nenek moyang mereka dibunuh oleh pasukan Ottoman untuk menghapus rakyat Armenia dari Anatolia, yang sekarang wilayah bagian timur Turki.

Turki mengatakan ratusan ribu orang Turki dan Armenia meninggal ketika pasukan Ottoman bertempur melawan pasukan Kekaisaran Rusia untuk menguasai bagian timur Anatolia dalam Perang Dunia I. Ankara mempertanyakan penggunaan kata genosida.

Pemanggilan dubes Turki untuk Brasil itu merupakan langkah paling terbaru oleh Ankara, yang mengambil sikap ofensif diplomatik dalam beberapa bulan dengan tujuan mencegah parlemen-parlemen mengakui pembunuhan sebagai genosida untuk peringatan ke-100 tahun tragedi tersebut.

Turki juga menarik para dubesnya dari Luksembourg dan Austria setelah dua negara itu mengakui pembunuhan massal tersebut genosida beberapa pekan sebelum peringatan pada 24 April.



Credit  ANTARA News