Rabu, 03 Juni 2015

Penyiksaan Sadis CIA di Guantanamo Kembali Terungkap


Penyiksaan Sadis CIA di Guantanamo Kembali Terungkap  
Majid Khan mengaku digantung berhari-hari, ditelanjangi, disirami air es, tanpa makanan. Saat itu, dia lebih memilih mati ketimbang terus disiksa. (Penjara Guantanamo/Getty Images)
 
 
Washington, CB -- Penyiksaan sadis di penjara Guantanamo kembali diungkapkan salah satu mantan tahanan. Pengungkapan kali ini sebelumnya tidak disebutkan dalam laporan penyiksaan CIA yang dihadirkan ke Senat tahun lalu.

Diberitakan Reuters, Selasa (2/6), Majid Khan, tahanan Guantanamo yang saat ini menjadi saksi dalam kasus CIA mengatakan petugas menyiram kemaluannya dengan air dingin, dua kali merekamnya dalam keadaan telanjang dan beberapa kali menyentuh alat vitalnya. Tercium bau alkohol dari mulut para petugas, Khan juga beberapa kali diancam dengan palu, tongkat baseball, kayu dan ikat pinggang kulit.

Pengakuan ini tercantum dalam dokumen setebal 27 halaman yang merupakan hasil wawancara dengan pengacara selama tujuh tahun terakhir. Pemerintah AS memberi izin bulan lalu untuk mempublikasikan dokumen itu setelah melalui proses peninjauan.

Penyiksaan tahanan kerap terjadi di Guantanamo setelah pemerintahan George W. Bush menyatakan perang terhadap al-Qaidah usai serangan teroris 11 September 2001.


Khan mengaku memilih mati saat dia mengalami sakit luar biasa karena digantung telanjang selama beberapa hari, tanpa makan, hanya diberi minum, diawasi terus dan disirami air dingin ketika diinterogasi.

"Nak, kami akan merawatmu. Kami akan membawamu ke tempat yang tidak bisa kau bayangkan," kata Khan, menirukan ucapan petugas sebelum menginterogasinya. "Saya berharap mereka membunuh saya saja."

Pada pengacaranya, Khan mengatakan siksaan terparah dialaminya pada Mei 2003. Saat itu dia ditelanjangi, digantung selama tiga hari. Dia hanya diturunkan pada hari pertama, lalu diborgol, ditutupi wajahnya dan direndam di air es.

Penginterogasi berulangkali memasukkan kepala Khan ke dalam air, hingga dia merasa hampir mati tenggelam. Petugas juga memasukkan air dan es dari ember ke mulut dan hidung Khan saat proses interogasi ini.

Disirami air es

Dia kemudian digantung lagi. Setiap dua atau tiga jam, petugas menyirami air es ke seluruh tubuhnya dan menyalakan kipas angin ke arahnya, membuat Khan tidak bisa tidur. Setelah digantung dua hari, Khan mengaku mulai berhalusinasi, merasa melihat sapi dan kadal raksasa.

"Saya hidup dalam keresahan setiap harinya karena ketakutan dan antisipasi hal-hal yang akan saya alami," kata Khan yang mengaku sering terserang panik dan mimpi buruk.

Pada Juli 2003 penyiksaan berlanjut. Khan mengatakan, agen CIA menutupi wajahnya dengan kantong dan menggantungnya di tiang besi selama beberapa hari, menyirami mulut, hidung dan alat kelaminnya dengan air es.

Satu kali, dia dipaksa duduk telanjang di kotak kayu selama 15 menit dan direkam video dalam sebuah interogasi. Setelah itu dia diikat ke dinding, dipaksa terjaga.

Saat dokter datang untuk mengecek kondisinya, Khan sempat meminta pertolongan. Namun bukannya membantu, dokter itu malah meminta penjaga untuk menggantungnya lagi di batangan besi. Setelah tergantung selama 24 jam, Khan dipaksa untuk menulis "pengakuan" sambil kembali direkam dalam keadaan bugil.

Khan juga mengaku pernah diborgol kakinya di dalam sebuah belenggu besi seperti sepatu boot yang memaksanya tetap berdiri. Dia mengatakan kakinya bisa patah jika dia terjatuh ke depan dalam keadaan terborgol seperti itu.

Pengakuan Khan ini belum bisa dikonfirmasi. Namun, penyiksaan yang disebutkannya mirip dengan apa yang disampaikan oleh tahanan lainnya dalam laporan Senat.

Khan mengatakan semua tahanan yang disiksa diletakkan di dalam sel gelap tersendiri. Untuk membuat mereka tetap terjaga, petugas menyalakan lampu terang dan memasang musik keras-keras. Beberapa tahanan lainnya mengaku ditahan di sel mirip peti mati.

Makan dari anus

Sebelumnya, Khan mengaku dipaksa makan dengan memasukkan makanan yang telah dihaluskan melalui anus. Menurut para ahli nutrisi, tindakan ini sama sekali tidak memberikan efek apapun terhadap kesehatan narapidana.

Kondisi mereka membaik setelah Kongres AS mengeluarkan Undang-undang Perlakuan terhadap Tahanan pada 2005 yang digagas oleh Senator John McCain yang pernah disiksa saat ditahan pada Perang Vietnam.

Khan, warga negara Pakistan yang bersekolah di Maryland, ditangkap di Pakistan dan divonis bersalah pada 2012 atas dakwaan konspirasi, dukungan material, pembunuhan dan mata-mata. Dia divonis 19 tahun setelah mendapat keringanan karena bersedia menjadi saksi.

Pria 35 tahun ini mengaku telah memberikan uang sebesar US$50 ribu untuk operasi al-Qaidah di Indonesia. Uang itu digunakan untuk pengeboman di depan hotel Marriot di Jakarta tahun 2003, menewaskan 11 orang dan  melukai 80 lainnya.

Khan juga mengatakan bahwa dalang serangan 9/11 Khalid Sheikh Mohammed berencana meracuni pasokan air, meledakkan pom bensin dan bertindak sebagai "agen tidur" al-Qaidah di AS.




Credit  CNN Indonesia