"Kami sudah mengecek lokasi. Ada dua batu yang ditemukan, yakni batu yang bergambar disebut Kala, sementara yang di sisi selatan itu, disebut Antefik," kata Kepala kelompok kerja pengamanan penyelamatan dan zonasi BPCB Yogyakarta, Muh Taufik, di Sleman (1/6/2015).
Dia menjelaskan, Kala atau batu bergambar raksasa berada di atas pintu candi. Sementara Antefik, merupakan hiasan pada dinding candi. Taufik memerkirakan masih ada reruntuhan candi yang tertimbun di dalam tanah persawahan tersebut. Hal itu dapat diketahui dengan melihat pertumbuhan tanaman padi yang ada di sekitar lahan itu tidak tumbuh seperti tanaman padi lainnya.
"Kalau padi tidak bisa tumbuh seperti yang lainnya, berarti ada batuan di bawahnya," ungkapnya.
Namun demikian, tambah Taufik, belum bisa memastikan candi ini bercorak Hindu atau Budha. Sebab, diperlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, pihaknya akan mengkaji apakah di sekitar reruntuhan akan diekskavasi (penggalian di tempat yang mengandung benda purbakala, red) atau tidak nantinya.
"Nanti kita akan lihat, apakah layak diekskavasi atau tidak," ujarnya.
Taufik mengatakan, bangunan tersebut dibuat pada abad kedelapan atau kesembilan masehi jika dilihat dari data awalnya.
"Dugaan dibangun pada abad kedelapan sampai kesepuluh. Kemungkinan, sama dengan Prambanan," tuturnya.
Taufik menambahkan, batu bergambar yang disebut Kala, berukuran lebar 90 sentimeter (cm), tebal 30 cm, tinggi 40 cm, dengan tebal atap 14 cm. Sementara batuan Antefik, berukuran lebar 84 cm, tebal 50 cm, dan tinggi 23 cm.
Credit Okezone