Pasukan Khusus AS akan membantu militer Filipina menumpas kelompok militan ISIS di Marawi. (REUTERS/Romeo Ranoco)
Jakarta, CB --
Pasukan khusus Amerika Serikat akan segera terbang
ke Marawi, Filipina untuk memberikan dukungan pada pihak militer melawan
kelompok militan Maute, yang berbaiat pada ISIS.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kedutaan Besar AS di Filipina, Sabtu (10/6), menyusul terbunuhnya 13 marinir dalam pertempuran yang kembali pecah antara pasukan keamanan dan militan.
Hingga saat ini, pasukan keamanan Filipina masih belum bisa membungkam kelompok militan yang memulai bentrokan sejak 23 Mei lalu. Salah satu alasannya, menurut pasukan keamanan, karena Maute menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Dalam bentrokan terbaru yang pecah pada Jumat, militan menewaskan 13 orang marinir. Selain itu, seorang remaja berusia 15 tahun ikut tertembak peluru nyasar, ketika salat Jumat.
Perseteruan terbaru itu merupakan yang paling sengit di Marawi, selain bombardir serangan udara yang dilakukan pihak keamanan. Dalam serangan itu yang berlangsung selama 14 jam itu, Juru Bicara Militer Kolonel Edgardo Arevalo melaporkan 40 marinir dilaporkan terluka.
Khawatir dengan bentrokan yang terus meningkat, Kedubes AS di Manila menyebutkan tentara mereka akan memberikan bantuan, kendati menolak memberi detail lebih lanjut.
“Seperti permintaan dari Pemerintah Filipina, Pasukan Khusus AS akan membantu militer Filipina untuk misi di Marawi,” demikian pernyataan Kedubes AS, dikutip AFP.
Juru Bicara Militer Filipina yang berbasis di Marawi Letnan Kolonel Jo-ar Herrera mengonfirmasi bantuan tersebut, namun menambahkan pasukan khusus AS tidak akan terjun dalam pertempuran, namun “memberikan dukungan teknis”.
Sementara, soal korban jiwa dari pihak militer, Herrera menyebut belasan marinir yang tewas pada Jumat merupakan jumlah terbesar selama pertempuran yang sudah berlangsung lebih dari dua minggu tersebut.
Dia juga menambahkan adanya “indikasi kuat” bahwa Omarkhayam dan Madie Maute, dua pemimpin kelompok militan Maute, telah tewas dalam dua operasi terpisah. Meskipun demikian, laporan itu masih harus divalidasi.
“Ada baku tembak sengit, dari rumah ke rumah,” kata Herrera, dalam konferensi pers di Marawi, Sabtu.
Dia mengungkap total pasukan keamanan yang tewas selama pertempuran adalah 58 orang, sementara korban warga sipil mencapai 20 orang.
Puluhan ribu warga sipil sudah melarikan diri dari Marawi sejak pertempuran pecah di akhir Mei. Meskipun demikian, ribuan orang diyakini masih terjebak di tengah konflik.
“Kelompok teroris menggunakan masjid sebagai benteng, mereka juga menggunakan tameng manusia, kami tidak ingin lagi ada korban dari warga sipil dalam pertempuran ini,” kata Presiden Rodrigo Duterte yang segera menetapkan Darurat Militer setelah bentrokan pecah di Marawi.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kedutaan Besar AS di Filipina, Sabtu (10/6), menyusul terbunuhnya 13 marinir dalam pertempuran yang kembali pecah antara pasukan keamanan dan militan.
Hingga saat ini, pasukan keamanan Filipina masih belum bisa membungkam kelompok militan yang memulai bentrokan sejak 23 Mei lalu. Salah satu alasannya, menurut pasukan keamanan, karena Maute menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Dalam bentrokan terbaru yang pecah pada Jumat, militan menewaskan 13 orang marinir. Selain itu, seorang remaja berusia 15 tahun ikut tertembak peluru nyasar, ketika salat Jumat.
Perseteruan terbaru itu merupakan yang paling sengit di Marawi, selain bombardir serangan udara yang dilakukan pihak keamanan. Dalam serangan itu yang berlangsung selama 14 jam itu, Juru Bicara Militer Kolonel Edgardo Arevalo melaporkan 40 marinir dilaporkan terluka.
Khawatir dengan bentrokan yang terus meningkat, Kedubes AS di Manila menyebutkan tentara mereka akan memberikan bantuan, kendati menolak memberi detail lebih lanjut.
“Seperti permintaan dari Pemerintah Filipina, Pasukan Khusus AS akan membantu militer Filipina untuk misi di Marawi,” demikian pernyataan Kedubes AS, dikutip AFP.
Juru Bicara Militer Filipina yang berbasis di Marawi Letnan Kolonel Jo-ar Herrera mengonfirmasi bantuan tersebut, namun menambahkan pasukan khusus AS tidak akan terjun dalam pertempuran, namun “memberikan dukungan teknis”.
Sementara, soal korban jiwa dari pihak militer, Herrera menyebut belasan marinir yang tewas pada Jumat merupakan jumlah terbesar selama pertempuran yang sudah berlangsung lebih dari dua minggu tersebut.
Dia juga menambahkan adanya “indikasi kuat” bahwa Omarkhayam dan Madie Maute, dua pemimpin kelompok militan Maute, telah tewas dalam dua operasi terpisah. Meskipun demikian, laporan itu masih harus divalidasi.
“Ada baku tembak sengit, dari rumah ke rumah,” kata Herrera, dalam konferensi pers di Marawi, Sabtu.
Dia mengungkap total pasukan keamanan yang tewas selama pertempuran adalah 58 orang, sementara korban warga sipil mencapai 20 orang.
Puluhan ribu warga sipil sudah melarikan diri dari Marawi sejak pertempuran pecah di akhir Mei. Meskipun demikian, ribuan orang diyakini masih terjebak di tengah konflik.
“Kelompok teroris menggunakan masjid sebagai benteng, mereka juga menggunakan tameng manusia, kami tidak ingin lagi ada korban dari warga sipil dalam pertempuran ini,” kata Presiden Rodrigo Duterte yang segera menetapkan Darurat Militer setelah bentrokan pecah di Marawi.
Credit CNN Indonesia