Tentara Afghanistan dilaporkan menewaskan pasukan AS di Distrik Achin, Provinsi Nangarhar, Sabtu (10/6). (REUTERS/Lucas Jackson)
Jakarta, CB --
Tiga tentara Amerika Serikat dilaporkan tewas dan
seorang lainnya terluka dalam seragan di timur Afghanistan.
Pemerintah lokal Afghanistan sebelumnya menyebutkan dua tentara AS tewas dan dua lainnya terluka dalam bentrokan di Achin, Provinsi Nangarhar, di mana pasukan khusus AS membantu militer Afghanistan melawan kelompok militan Taliban dan ISIS.
Namun, ketiga tentara AS itu bukan tewas di tangan militan, melainkan oleh pasukan Afghanistan dalam sebuah serangan yang disebut pemerintah setempat sebagai “serangan orang dalam terhadap pasukan internasional”
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengklaim di Twitter bahwa terdapat empat tentara AS yang terbunuh dalam serangan itu.
Sementara militan ISIS mengklaim insiden itu dilakukan oleh salah satu penyusup mereka.
“Siang hari ini, seorang tentara Afghanistan melepaskan tembakan pada pasukan AS di Distrik Achin dan menewaskan dua orang,” kata Juru Bicara Provinsi Nangarhar Attaullah Khogyani, kepada AFP.
“Tentara Afghanistan juga tewas dalam insiden itu.”
Adapun Pasukan NATO di Kabul menolak berkomentar atas insiden itu dan hanya mengonfirmasi hal tersebut.
Pada April, militer AS menjatuhkan bom non-nuklir terbesar (MOAB) di sebuah kawasan di distrik Achin yang dikenal sebagai tempat persembunyian ISIS. Bom raksasa itu menewaskan puluhan militan, namun pertarungan antara kelompok militan dan pasukan koalisi terus berlanjut.
Di sisi lain, insiden yang kerap disebut ‘gren-on-blue’ atau ketika pasukan Afghanistan menyerang pasukan koalisi, telah menjadi masalah utama bagi NATO saat bertugas di Afghanistan.
Pejabat negara barat mengatakan kebanyakan ‘serangan orang dalam’ dipicu dendam pribadi dan kesalahpahaman budaya, ketimbang akibat plot pemberontak.
Peristiwa pada Sabtu, terjadi setelah serangan udara AS menewaskan dan melukai enam orang polisi Afghanistan di selatan Provinsi Helmand.
Insiden semacam itu semakin memperuncing rasa tidak percaya antara militer lokal dan pasukan internasional.
Sebelumnya, pada Maret, tiga orang tentara AS terluka ketika pasukan Afghanistan melepaskan tembakan di Provinsi Helmand, yang disebut sebagai ‘insiden serangan orang dalam’ peritama tahun ini.
Insiden itu terjadi saat AS mempertimbangkan untuk mengirimkan lebih banyak pasukan ke Afghanistan.
Konflik Afghanistan sendiri merupakan yang terpanjang dalam sejarah militer Amerika. Pasukan NATO yang dipimpin AS, telah terjun langsung bertempur dengan pemberontak sejak 2001.
Kini jumlah pasukan AS di Afghanistan berjumlah 8400 orang, ditambah 5000 lainnya dari pasukan koalisi NATO. Mereka umumnya bertugas dalam kapasitas sebagai pelatih dan konsultan militer.
Pemerintah lokal Afghanistan sebelumnya menyebutkan dua tentara AS tewas dan dua lainnya terluka dalam bentrokan di Achin, Provinsi Nangarhar, di mana pasukan khusus AS membantu militer Afghanistan melawan kelompok militan Taliban dan ISIS.
Namun, ketiga tentara AS itu bukan tewas di tangan militan, melainkan oleh pasukan Afghanistan dalam sebuah serangan yang disebut pemerintah setempat sebagai “serangan orang dalam terhadap pasukan internasional”
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengklaim di Twitter bahwa terdapat empat tentara AS yang terbunuh dalam serangan itu.
Sementara militan ISIS mengklaim insiden itu dilakukan oleh salah satu penyusup mereka.
“Siang hari ini, seorang tentara Afghanistan melepaskan tembakan pada pasukan AS di Distrik Achin dan menewaskan dua orang,” kata Juru Bicara Provinsi Nangarhar Attaullah Khogyani, kepada AFP.
“Tentara Afghanistan juga tewas dalam insiden itu.”
Adapun Pasukan NATO di Kabul menolak berkomentar atas insiden itu dan hanya mengonfirmasi hal tersebut.
Pada April, militer AS menjatuhkan bom non-nuklir terbesar (MOAB) di sebuah kawasan di distrik Achin yang dikenal sebagai tempat persembunyian ISIS. Bom raksasa itu menewaskan puluhan militan, namun pertarungan antara kelompok militan dan pasukan koalisi terus berlanjut.
Di sisi lain, insiden yang kerap disebut ‘gren-on-blue’ atau ketika pasukan Afghanistan menyerang pasukan koalisi, telah menjadi masalah utama bagi NATO saat bertugas di Afghanistan.
Pejabat negara barat mengatakan kebanyakan ‘serangan orang dalam’ dipicu dendam pribadi dan kesalahpahaman budaya, ketimbang akibat plot pemberontak.
Peristiwa pada Sabtu, terjadi setelah serangan udara AS menewaskan dan melukai enam orang polisi Afghanistan di selatan Provinsi Helmand.
Insiden semacam itu semakin memperuncing rasa tidak percaya antara militer lokal dan pasukan internasional.
Sebelumnya, pada Maret, tiga orang tentara AS terluka ketika pasukan Afghanistan melepaskan tembakan di Provinsi Helmand, yang disebut sebagai ‘insiden serangan orang dalam’ peritama tahun ini.
Insiden itu terjadi saat AS mempertimbangkan untuk mengirimkan lebih banyak pasukan ke Afghanistan.
Konflik Afghanistan sendiri merupakan yang terpanjang dalam sejarah militer Amerika. Pasukan NATO yang dipimpin AS, telah terjun langsung bertempur dengan pemberontak sejak 2001.
Kini jumlah pasukan AS di Afghanistan berjumlah 8400 orang, ditambah 5000 lainnya dari pasukan koalisi NATO. Mereka umumnya bertugas dalam kapasitas sebagai pelatih dan konsultan militer.
Credit CNN Indonesia