Senin, 05 Juni 2017

Kontroversi setelah Trump mundur dari kesepakatan iklim



Kontroversi setelah Trump mundur dari kesepakatan iklim
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (REUTERS/Kevin Lamarque)



Jakarta (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump percaya iklim berubah dan yakin polutan adalah bagian dari perubahan itu, kata Duta Besar AS Untuk PBB Nikki Haley.  Namun hampir seluruh pemimpin dunia mengecam keputusan Trump menarik diri dari Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim.

"Dia tahu AS memiliki tanggung jawab untuk itu dan itulah yang sedang kami lakukan," kata Nikki Haley dalam laman BBC.

Trump telah memicu kecaman global ketika Kamis lalu mengumumkan bahwa AS menarik diri dari kesepakatan perubahan iklim Paris.

Keputusan ini membuat AS menjadi salah satu dari tiga negara yang berada di luar kerangka itu. Dua negara lainnya adalah Nikaragua dan Suriah.

Scott Pruitt, Ketua Badan Perlindungan Lingkungan AS, berkata, "Dunia bersuka cita ketika kita bergabung dengan Paris. Dan Anda tahu mengapa? Saya kira mereka gembira karena mereka tahu itu menempatkan negara ini kepada ketidakberuntungan."

Trump memang menyebut kesepakatan Paris telah mengharuskan AS mengeluarkan 3 triliun dolar AS dan kehilangan 6,5 juta lapangan kerja, padahal China dan India diuntungkan oleh pakta lingkungan itu.

Berbeda dari Trump, China, Uni Eropa dan India yang bersama AS menjadi empat pihak pencipta emisi karbondioksida terbesar dunia, malah memperkuat komitmennya kepada Kesepakatan Paris.

"Perlindungan lingkungan dan planet ibu adalah pasal tentang keyakinan," kata Perdana Menteri India Narendra Modi setelah bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris, Sabtu waktu setempat.

Kesepakatan Paris mengharuskan negara-negara mempertahankan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius di atas level pra-industri.

Organisasi Meteorologi Dunia WMO menyatakan mundurnya AS dari kesepakatan ini akan menaikkan suhu global 0,3 derajat Celcius sampai akhir abad ini.





Credit  antaranews.com