Upaya penyelamatan warga sipil di Marawi gagal karena bentrokan kembali terjadi. (REUTERS/Romeo Ranoco)
Jakarta, CB --
Upaya membebaskan sekitar 2000 warga sipil yang
terjebak dalam bentrokan antara militan Maute dan militer Filipina,
gagal, karena baku tembak kembali pecah, Minggu (4/6).
Padahal sebelumnya otoritas setempat menyebutkan pada pemerintah dan pihak militan menyetujui adanya genjatan senjata selama empat jam, guna mengevakuasi warga sipil.
Namun, kesepakatan tersebut gagal karena kurangnya komunikasi antara pemerintah dan pihak militer.
Juru bicara komite manajemen krisis provinsi Zia Alonto Adiong mengatakan pada AFP, tim penyelamat hanya memiliki akses pada dearah tertentu yang dikuasai militan dan melarang mereka masuk ke pusat kota.
Imbasnya, hanya sekitar 170 orang warga yang berhasil diselamatkan dan ribuan lainnya masih terjebak.
“Kami merasa kecewa dan dikhianati. Kita berbicara soal nyawa orang di sini!” kata Adiong. “Masih ada 2000 orang yang butuh pertolongan segera setelah 13 hari tanpa makanan.”
Tidak berapa lama setelah warga dievakuasi, bentrokan kembali pecah. Mereka mendengar baku tembak dan ledakan yang membuat para penyelamat harus mundur ke zona aman.
“Militer tidak mengijinkan tim penyelamat masuk ke daerah berisiko tinggi guna menghindari bahaya dan hal lain yang bisa membuat situasi semakin rumit,” ujar Juru Bicara Presiden Filipina, Ernesto Abella, dalam sebuah pernyataan.
Sementara dari 170 warga yang berhasil diselamatkan, Adiong menyebut kebanyakan diantara mereka berjenis kelamin pria dan dalam kondisi sehat.
Sebelumnya, dari 200 orang yang diselamatkan pada Sabtu, 14 diantaranya harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
“Anak-anak kebanyakan menderita diare dan malnutrisi,” tambah Adiong.
Bentrokan di Marawi yang telah berlansung selama dua minggu itu telah menelan 178 nyawa, termasuk warga sipil dan pasukan keamanan.
Padahal sebelumnya otoritas setempat menyebutkan pada pemerintah dan pihak militan menyetujui adanya genjatan senjata selama empat jam, guna mengevakuasi warga sipil.
Namun, kesepakatan tersebut gagal karena kurangnya komunikasi antara pemerintah dan pihak militer.
Juru bicara komite manajemen krisis provinsi Zia Alonto Adiong mengatakan pada AFP, tim penyelamat hanya memiliki akses pada dearah tertentu yang dikuasai militan dan melarang mereka masuk ke pusat kota.
Imbasnya, hanya sekitar 170 orang warga yang berhasil diselamatkan dan ribuan lainnya masih terjebak.
“Kami merasa kecewa dan dikhianati. Kita berbicara soal nyawa orang di sini!” kata Adiong. “Masih ada 2000 orang yang butuh pertolongan segera setelah 13 hari tanpa makanan.”
Tidak berapa lama setelah warga dievakuasi, bentrokan kembali pecah. Mereka mendengar baku tembak dan ledakan yang membuat para penyelamat harus mundur ke zona aman.
“Militer tidak mengijinkan tim penyelamat masuk ke daerah berisiko tinggi guna menghindari bahaya dan hal lain yang bisa membuat situasi semakin rumit,” ujar Juru Bicara Presiden Filipina, Ernesto Abella, dalam sebuah pernyataan.
Sementara dari 170 warga yang berhasil diselamatkan, Adiong menyebut kebanyakan diantara mereka berjenis kelamin pria dan dalam kondisi sehat.
Sebelumnya, dari 200 orang yang diselamatkan pada Sabtu, 14 diantaranya harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
“Anak-anak kebanyakan menderita diare dan malnutrisi,” tambah Adiong.
Bentrokan di Marawi yang telah berlansung selama dua minggu itu telah menelan 178 nyawa, termasuk warga sipil dan pasukan keamanan.
Credit CNN Indonesia